Senja baru saja bertamu.
Entah apa yang harus kuujarkan padamu. Usai salam di sujud terakhirku. Bening itu, menetes begitu saja. Tanpa berita. Tanpa aba-aba.
Kau pasti tak akan lupa. Ini bukan kali pertama. Air mata.
Ia merenangi sudut-sudut hati yang memapah rindu. Pada orang-orang yang merajah kehilangan dari satu-persatu kepergian.
Kaupun tak akan lupa. Sebab, ini bukan yang pertama. Air mata.
Ia menyelami sudut-sudut rasa yang menguji duka. Dari orang-orang yang mengeja peluang dari satu-satunya kesempatan.
Ingatan yang tak mungkin terlupa. Dan, air mata.
Ia menemani sudut-sudut asa yang memangku doa. Bagi orang-orang yang berjuang merajut segaris senyuman.
Di penghujung ramadan.
**
Senja belum berlalu.
Gema takbir merambat pelan memenuhi dimensi ruang dan waktu. Dan, di atas sajadah, aku memungut resah.
Bukan tentang perpisahan. Karena ramadan seharusnya datang tanpa sebuah penantian.
Bukan tentang kesedihan. Karena ramadan seharusnya menghadirkan kegembiraan.
Kau tahu?
Di meja makan, sisa-sisa berbuka masih berserakan. Di dapur, beragam aroma masakan berbaur. Di ruang tamu, meja dan kursi masih menunggu.
Usai senja. Maukah kau menyimpan doa, bukan air mata?
Curup, 12.05.2021
zaldy chan
Akhir Ramadan 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H