"Punya, Pak! Tapi, sekarang mau lebaran. Masyarakat lebih memilih..."
"Iya. Aku mengerti. Lakukan yang biasa kau lakukan!"
"Siap, Pak!"
"Tetaplah bergerak senyap! Korona bisa dijadikan alasan, kan?"
Lelaki berseragam itu anggukkan kepala. Kemudian berdiri, sekilas tundukkan kepala, dan berlalu menuju pintu.
Kau memutar tubuhmu membelakangiku. Jika seperti itu, kau sedang sibuk dengan pikiranmu. Dan tak ada yang mau mengganggumu. Apalagi aku.
***
Sejak maghrib tadi, Sayup terdengar gema takbir dari televisi. Hampir tiga jam, kau membisu. Matamu tak sedikitpun lepas dari layar televisi.
Sesekali kau tersenyum, saat melihat tayangan wajah orang-orang yang riang. Kau tertawa melihat tayangan orang-orang yang berkerumun untuk berbelanja.
Kau terdiam, saat membaca angka-angka yang tertera di layar televisi. Tentang korban pandemi. Hingga terdengar ketukan pelan di pintu.
"Masuklah!"