Begitu juga dengan buku-buku. Aku bukan orang yang baik sebagai pengumpul buku. Jika sebuah buku sudah kumiliki, kemudian aku sudah membacanya. Maka, buku itu kubiarkan beralih ke tangan orang lain yang berminat membacanya.
Sampai sekarang, aku tak sempat menyusun buku di lemariku. Buku-buku tersebut kerapkali berpindah tangan. Hingga aku lupa siapa yang meminjam dan siapa yang tidak mengembalikan. Kuanggap saja mereka lebih memerlukan. Dan, itu investasiku. Haha...
Â
Toh, aku pembaca buku. Bukan pengepul atau pengumpul buku! Namun, aku menghormatii dan menghargai orang-orang yang memiliki ratusan hingga ribuan judul buku di lemari buku hingga di ruang tamu. Itu kesukaan dan pilihan, kan?
Motivasi seseorang memiliki hobi koleksi barang bisa beragam, kan? Ada berdasarkan alasan rasa suka, alasan mengenang prestasi yang pernah diraih, atau sekadar prestise dan gengsi. Tak sedikit juga mengoleksi dengan alasan investasi.
Namun, tak sedikit juga yang kemudian terjebak oleh hobinya. Malah menjadi penimbun barang. Perlahan, rumah yang seharusnya menjadi tempat tinggal, malah berubah fungsi menjadi gudang. Bahkan untuk sekadar berjalan di dalam rumah pun, tak lagi nyaman.
Sependektahuku, suatu saat hobi koleksi tak lagi menjadi ranah privasi. Itu yang kualami setelah menikah dan memiliki anak.
Jika barang yang kumiliki, juga menghadirkan rasa nyaman bagi orang di sekitarku, maka akan aku simpan. Jika tidak, maka akan lebih memilih untuk meninggalkan.
Begitulah! Makanya, sedari awal aku mengakui. Jika aku adalah kolektor barang yang buruk! Jika boleh memilih, maka biarlah aku menjadi kolektor kenangan dan ingatan yang baik saja. Ahaaay...
Curup, 05.05.2021