Pertama. No body is Perfect! Maka Orangtua Belajar dan Berusaha Memberi Teladan
Jika guru memiliki kredo "digugu dan ditiru", aku tak tahu kata yang pantas bagi orangtua. Kecuali kalimat yang sayup-sayup digaungkan, "Jika ibu adalah madrasah, maka Ayah adalah kepala sekolah".
Sependektahuku, tak ada yang paling ampuh selain memberi teladan. Baru kemudian mengajarkan. Kalau bahasa kampungku, "jangan cuma menunjuk, tapi mesti mampu menunjukkan!".
Contoh sederhananya, bagaimana menagih anak-anak untuk menjalankan puasa dan ibadah lainnya, jika orangtua sama sekali tak melakukan itu?
Seekor kucing mungkin akan tertawa, jika yang mengajarkan cara terbang adalah seekor buaya!
Kedua. Menjelaskan Tujuan dan Manfaat.
Di grup parenting, acapkali aku mendengar keluhan anggota grup, anaknya begitu sulit diajarkan membaca dan mengaji. Padahal dua keterampilan itu penting untuk bekal anak mereka.
Aku khawatir, jejangan orangtua abai menjelaskan, tujuan dan maanfaat apa saja yang bisa didapatkan, jika sang anak memiliki kemampuan membaca dan mengaji. Orangtua menyuruh dan memaksa belajar, tapi anak tak tahu tujuan dan manfaat dari mempelajari itu.
Menjelaskan tujuan dan manfaat dari melakukan sesuatu, akan membantu anak untuk mengerti kenapa mereka harus melakukan itu. Sama halnya dengan menjelaskan tentang berpuasa? Tak hanya sebagai tuntutan ibadah semata, tapi anak juga mengerti tujuan dan manfaat puasa.
Jika tidak? Maka anak-anak akan merasa seperti penumpang kendaraan antar kota antar propinsi. Diajak berjalan jauh, tapi sopir sama sekali tak tahu arah serta tujuan.
Ketiga. Menggunakan Rumus "Punish and Reward".