Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kenangan Menjadi "Anak Masjid" di Masjid Aljihad Curup

30 April 2021   23:05 Diperbarui: 30 April 2021   23:04 2811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Aljihad Curup tempo dulu. Masih bangun kayu ( Dokumentasi akun facebook AMM Rejang Lebong)

"Jarak kita dengan masjid tak diukur dengan kaki, tapi hati".

Sengaja kupilih kalimat di atas sebagai pembuka tulisan kali ini. Bukan sebentuk pengakuan, karena aku ahli ibadah. Tapi, Masjid yang aku tulis ini, menjadi mengambil ruang besar sejarah. Dalam kehidupanku.

Masjid Al Jihad, merupakan salah satu masjid terbesar di Kota Curup. Terletak di pusat kota, tepatnya di Jalan Kartini, kelurahan Pasar Baru. Hanya berjarak sekitar seratus meter dari rumah Amak (ibuku). Dan, menjadi menempati ceruk istimewa dari hidupku.

Sesungguhnya, di Kompasiana, tak terhitung kali aku tulis tentang Masjid Al jihad. Dan kali ini, aku coba menulisnya, berdasarkan kaitan sejarahku dan masjid itu. Sebab, aku pernah menjadi "Anak Masjid".

Ada yang pernah dengan istilah anak masjid? Aku tulis aja, ya?

Masjid Aljihad Curup tempo dulu. Masih bangun kayu ( Dokumentasi akun facebook AMM Rejang Lebong)
Masjid Aljihad Curup tempo dulu. Masih bangun kayu ( Dokumentasi akun facebook AMM Rejang Lebong)
Pertama. Tak Hanya Tempat Ibadah, Masjid adalah Tempat Tinggal.

Aku memiliki darah Minang. Dan, dalam tradisi Minang, anak laki-laki yang sudah cukup umur, akan tidur di masjid atau surau. Begitu pula denganku.

Saat kelas satu SD, aku belajar mengaji di TPA "Tunas Melati" yang diadakan di majid Al Jihad. Waktu mengajinya, sejak sesudah maghrib hingga sesudah salat isya. Jadi, anak-anak yang mengaji akan mengikuti salat mahrig dan isya berjamaah. Kemudian pulang ke rumah.

Ketika naik kelas tiga SD. Aku sudah diizinkan untuk menginap di Masjid. Jadi, pulang ke rumah hanya untuk berganti pakaian dan makan. Di luar itu, waktu keseharian akan dihabiskan di lingkungan masjid.

Oleh Pengurus Masjid, Bagi anak-anak yang menginap di masjid, akan diberikan tugas khusus, tergantung usia dan kemampuan yang dimiliki. Biasanya, menyapu lantai masjid, menyapu halaman, membersihkan kaca masjid, hingga membersihkan tempat wudhu dan WC.

Ketika duduk di SMP, tugas dan tanggungjawab "anak masjid" julukan dari jamaah, akan meningkat. Aku dan teman-teman mulai dipercaya menjadi muazin hingga sebagai protokol jika ada ceramah (tabligh) yang dilaksanakan sesuda salat maghrib, dan salat subuh.

Selain itu, juga bertanggungjawab membuat minuman untuk jamaah. Setiap hari, usai salat subuh, jamaah Masjid Aljihad akan dihidangkan kopi atau teh hangat sambil mendengarkan ceramah. Kecuali hari senin dan kamis, karena jamaah banyak yang berpuasa.

Acara di halaman Masjid Aljihad Curup. Kegiatan sambut Ramadan 2018 ( Dokumentasi akun facebook AMM Rejang Lebong)
Acara di halaman Masjid Aljihad Curup. Kegiatan sambut Ramadan 2018 ( Dokumentasi akun facebook AMM Rejang Lebong)
Kedua. Pusat Kegiatan dan Menimba Pengetahuan dan Pengalaman.

Jika ada hari besar islam, maka anak masjid akan menjadi unsure penyokong kegiatan itu. Apalagi jika Ramadan. Persiapan untuk berbuka bersama, sepenuhnya tanggungjawan anak masjid. Selain menyalakan sirine untuk sahur dan berbuka.

Seperti sering kutulis, Masjid Aljihad menjadi pusat kegiatan yang kemudian membentuk panitia. Ketika terlibat dalam kepanitiaan, akupun jadi belajar berorganisasi dan berkomunikasi dengan orang banyak.

Baca juga : Cerita Semarak Ramadan di Masa Kecilku dan Sebelum Pandemi

Tak hanya itu, Masjid Al Jihad memiliki menara setinggi 35 Meter, dan di bawah menara ada ruang berukuran 2x3 meter yang digunakan sebagai perpustakaan masjid. Nah, anak masjid akan mendapat giliran untuk menjaga perpustakaan tersebut.

Menjadi anak masjid itu kulalui sejak kelas tiga SD hingga tamat SMP. Mulai dari membersihkan kaca, membersihkan WC, mencuci gelas kotor sesudah salat subuh, atau menyiapkan berbuka puasa. Bertahun kulalui itu sambil sekolah.

Apakah mengganggu sekolah? Ada syarat tak tertulis bagi anak masjid. Nilai rapor mesti masuk 10 besar. Jika keluar dari itu, akan dirumahkan! Masaku dulu menjadi anak masjid  itu bergengsi dan mendapatkan banyak keistimewaan.

Salah satu contoh, jika lebaran, Pasti ada jamaah yang memberikan uang jajan atau pakaian lebaran. Tak hanya itu, Bupati pun akan mengundang dan memberikan ruangan serta hadiah khusus bagi anak masjid. Ahaaay...

Kegiatan Ramadan Berbagi anak Muda Masjid Aljihad Curup 15/4.2021( Dokumentasi akun facebook MDMC Rejang Lebong)
Kegiatan Ramadan Berbagi anak Muda Masjid Aljihad Curup 15/4.2021( Dokumentasi akun facebook MDMC Rejang Lebong)
Ketiga. Belajar Bermanfaat Bagi Masyarakat.

karena melanjutkan sekolah ke Padang panjang dan Kota Padang. Aku harus meninggalkan Masjid Aljihad. Terhitung sejak tamat SMP hingga tamat kuliah. dalam rentang waktu sepuluh tahun itu, jika sesekali pulang ke Curup, tidurku bukan di rumah, tapi di Masjid Aljihad.

Sejak awal tahun 2000, setelah tamat kuliah, aku kembali ke Curup. Kemudian bekerja dan menikah. Namun alur kehidupanku akan bersinggungan dengan kegiatan di masjid Al Jihad.

Melalui organisasi Pemuda Muhammadiyah, bersama teman-teman, aku menginisiasi pendirian Radio Jihad FM. Sebagai fungsi syiar di udara. Karena era itu, dakwah tak akan cukup jika hanya di podium, kan? Maka, aku pun menjadi penyiar.

Keberadaan radio kemudian memantik kegiatan-kegiatan lainnya. Radio menjadi wadah berkumpul dan berekspresi anak-anak muda. Tak melulu daam dakwah, namun juga seni dan kegiatan sosial. Aku, hanya bertahan 6 tahun jadi penyiar. Karena sadar umur! Hiks...

Hingga sekarang kegiatan anak-anak muda dari Masjid Aljihad Curup, bisa dilihat di akun facebook AMM Rejang Lebong atau MDMC Rejang Lebong.

Dua tahun ini, karena wabah korona, kegiatan di Masjid jadi terbatas. Maka teman-teman melakukan kegiatan "Ramadan Berbagi". Yaitu berbagi sembako yang disalurkan setiap hari minggu ke area sekitar Kota Curup. Donaturnya? Jamaah masjid!

Orangtua dan anak-anak di Masjid Aljihad minggu Pagi (dokumentasi pribadi zaldy chan)
Orangtua dan anak-anak di Masjid Aljihad minggu Pagi (dokumentasi pribadi zaldy chan)
Keempat. Seperti Orangtua, Anak pun Sejak Dini Didekatkan dengan Masjid.

Ini menjadi aturan tak tertulis bagiku. Juga teman-teman seangkatanku yang pernah menjadi anak masjid. Karena semua sudah berkeluarga dan memiliki anak, jika mereka masih tinggal di sekitar kota Curup, maka sejak dini anak-anak akan dibawa ke Masjid.

Jika anak lelaki, minimal setiap salat jumat akan diajak ke masjid. Selain itu, pada setiap sore atau minggu pagi, anak-anak akan berkumpul bersama orangtua mereka. Bermain bola, bersepeda atau sekadar berlarian di halaman Masjid Aljihad.

Baca juga : Ngabuburit Sambil Bersepeda, Olahraga Ringan yang Menyenangkan

Para bapak membuat kelompok sendiri, begitu juga dengan para istri. Nah, para orangtua itu akan berinteraksi sambil bertukar cerita, mengulang kenangan atau saling berkisah tentang anak mereka. Kegiatan itu, terkadang kusebut sebagai kegiatan "Parenting Mini".

Seiring berjalan waktu, pola ini kemudian menjadi ajang regenerasi anak-anak muda yang suaru saat bisa berjalan dan bergandengtangan untuk memakmurkan kegiatan di masjid. Termasuk di Masjid Al Jihad.

Buya Hamka saat berkunjung ke Masjid Aljihad Curup tahun 1980-an( Dokumentasi akun facebook AMM Rejang Lebong)
Buya Hamka saat berkunjung ke Masjid Aljihad Curup tahun 1980-an( Dokumentasi akun facebook AMM Rejang Lebong)
Terus?

Begitulah. 4 alasan sejarahku di Masjid Aljihad itu, menjadikan Masjid tersebut sebagai masjid favorit bagiku. Nantinya, semoga anak-anakku juga begitu.

Oh, iya. Bagaimana kabar anak-anak Masjid Aljihad seangkatanku dulu? Ada yang menjadi politisi hingga kepala daerah, ada yang sekarang bertugas di Mabes TNI, ada yang jadi dosen, guru hingga ada yang menjadi penceramah atau Qori peserta MTQ tingkat Nasional.

Kenapa tak sebut nama? Adakah pembaca yang mengenal Ustad Zulkifli Hazma atau Ustadz Akhir zaman? Nah, beliau adalah alumni anak Masjid Aljihad seangkatanku.

Begitulah. Hingga saat ini, aku masih melakukan berbagai aktivitas yang bersinggungan dengan Masjid Aljihad. Jadi, maafkanlah, jika Nama Masjid ini, acapkali kuikutsertakan dalam beberapa artikelku di Kompasiana.

Salam!

Curup, 30.04.2021

Zaldy Chan

[Ditulis Untuk Kompasiana]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun