Ketika duduk di SMP, tugas dan tanggungjawab "anak masjid" julukan dari jamaah, akan meningkat. Aku dan teman-teman mulai dipercaya menjadi muazin hingga sebagai protokol jika ada ceramah (tabligh) yang dilaksanakan sesuda salat maghrib, dan salat subuh.
Selain itu, juga bertanggungjawab membuat minuman untuk jamaah. Setiap hari, usai salat subuh, jamaah Masjid Aljihad akan dihidangkan kopi atau teh hangat sambil mendengarkan ceramah. Kecuali hari senin dan kamis, karena jamaah banyak yang berpuasa.
Jika ada hari besar islam, maka anak masjid akan menjadi unsure penyokong kegiatan itu. Apalagi jika Ramadan. Persiapan untuk berbuka bersama, sepenuhnya tanggungjawan anak masjid. Selain menyalakan sirine untuk sahur dan berbuka.
Seperti sering kutulis, Masjid Aljihad menjadi pusat kegiatan yang kemudian membentuk panitia. Ketika terlibat dalam kepanitiaan, akupun jadi belajar berorganisasi dan berkomunikasi dengan orang banyak.
Baca juga :Â Cerita Semarak Ramadan di Masa Kecilku dan Sebelum Pandemi
Tak hanya itu, Masjid Al Jihad memiliki menara setinggi 35 Meter, dan di bawah menara ada ruang berukuran 2x3 meter yang digunakan sebagai perpustakaan masjid. Nah, anak masjid akan mendapat giliran untuk menjaga perpustakaan tersebut.
Menjadi anak masjid itu kulalui sejak kelas tiga SD hingga tamat SMP. Mulai dari membersihkan kaca, membersihkan WC, mencuci gelas kotor sesudah salat subuh, atau menyiapkan berbuka puasa. Bertahun kulalui itu sambil sekolah.
Apakah mengganggu sekolah? Ada syarat tak tertulis bagi anak masjid. Nilai rapor mesti masuk 10 besar. Jika keluar dari itu, akan dirumahkan! Masaku dulu menjadi anak masjid  itu bergengsi dan mendapatkan banyak keistimewaan.
Salah satu contoh, jika lebaran, Pasti ada jamaah yang memberikan uang jajan atau pakaian lebaran. Tak hanya itu, Bupati pun akan mengundang dan memberikan ruangan serta hadiah khusus bagi anak masjid. Ahaaay...