Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Segar Artikel Utama

Andai Berpuasa adalah Gaya Hidup, Urusan Sehat dan Berat Badan Bukan Lagi Beban, Kan?

23 April 2021   22:52 Diperbarui: 24 April 2021   08:45 2819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gaya hidup sehat. (sumber: pixabay.com/silviarita)

"Dulu, sebelum punya anak, BB-ku 49! Sekarang melar!"
"Wah? Kok bisa?"
"Kan, lebih banyak di dapur? Nyicipnya bablas. Terus, ngabisin makanan anak. Biar gak mubazir!"
"Yang penting sehat, kan?"

Hal di atas, adalah duplikasi percakapanku dengan seorang teman perempuan. Saat aku mencari referensi untuk tema samber hari ke-10 ini.

Sependektahuku, bagi lelaki, urusan timbangan tak begitu menjadi prioritas. Namun, bagi perempuan, urusan berat badan itu bisa menjadi hal sensitif pakai bingits, tah?

Setidaknya, ada 3 tema pembahasan tentang Berat Badan ini. Pertama. Bagaimana mengurangi berat badan. Kedua. Bagaimana menambah berat badan. Ketiga. Bagaimana menjaga berat badan!

Gegara mengalami dilema dengan 3 hal itu, terkadang lupa. Bahwa sehat adalah poin utama daripada urusan angka-angka yang tertera pada timbangan badan, tah?

Nah, bulan ramadan, terkadang menjadi ajang untuk mengurangi dilema itu. Sehingga terjebak pada rumus : Puasa agar sehat, atau sehat agar puasa?

Kali ini, aku akan tulis bagaimana caranya sehat sekaligus menjaga berat badan, jika bercermin dari Hikmah Ramadan sebagai ajang latihan yang hasilnya bisa diraih di akhir bulan.

Ilustrasi Aneka menu makanan (sumber gambar: pixabay.com)
Ilustrasi Aneka menu makanan (sumber gambar: pixabay.com)
5 Hikmah Puasa untuk Sehat dan Menjaga Berat Badan

Pertama. Berlatih Menikmati Rasa Lapar dan Haus.
Ramadan mengajak kita untuk menikmati dua hal itu. Sejak matahari terbit hingga tenggelam. Lapar dan haus adalah hal yang pasti dirasakan.

Mungkin saja, kedua rasa itu tak bisa ditahan jika dialami di hari selain ramadan, kan? Tak ada rumus anti lapar dan anti haus yang paling praktis selain berpuasa.

Karena itu, ramadan melatih kita menikmati rasa haus dan lapar.

Kedua. Berlatih untuk Komitmen dan Konsisten.
Ramadan mengajarkan kita disiplin untuk konsisten dengan waktu. Karena sudah diatur waktu untuk melakukan apa yang boleh dan yang tidak boleh.

Jika berkaitan dengan makan dan minum, puasa memiliki dua waktu yang tak bisa diganggu gugat. Waktu sahur dan waktu berbuka. Tak ada pilihan untuk menunda, menambah atau mengurangi waktu tersebut.

Sehingga kita terlatih memaksimalkan waktu yang dimiliki untuk makan atau minum. Dan, harus tepat waktu. Bayangkan, jika itu juga dilakukan di luar bulan ramadan?

Ilustrasi menu makanan (sumber gambar: pixabay.com)
Ilustrasi menu makanan (sumber gambar: pixabay.com)

Ketiga. Berlatih Menahan dan Melawan Hawa Nafsu.
Idealnya, Ramadan tak hanya urusan menahan rasa lapar dan haus, kan? Termasuk di dalamnya mengajari kita melawan hawa nafsu. Terutama keseimbangan makan dan minum.

Masalah yang sering muncul saat ramadan adalah, kita lebih memprioritaskan kecukupan  kandungan vitamin dan gizi pada tubuh. Kedua asupan itu disusun rapi dan teliti saat sahur dan berbuka.

Gawatnya, terkadang energi yang dikeluarkan, jumlahnya tak seimbang dengan yang jumlah vitamin dan gizi yang masuk dalam tubuh.

Sebagai contoh. Karena berpuasa, jam kerja mungkin berkurang, lebih banyak waktu tidur atau beristirahat. Namun, konsumsi makan dan minum sama seperti hari-hari biasa. Akhirnya, banyak asupan makanan yang mendekam diam di tubuh, kan?

Keempat. Berlatih Mengawas Diri Sendiri.
Pernah mendengar celetukan diet yang gagal?  Hal ini, bukan saja karena tergoda dan gagal menaklukkan hawa nafsu. Mengaku dan berniat diet, diam-diam malah makan dalam rangka balas dendam!

Namun, ramadan tak bisa begitu, kan? Bisa saja kita mengaku puasa, tetapi diam-diam dan secara sembunyi makan dan minum. Dan tak seorang pun tahu.

Terus apa yang dirasakan? Tuhan pasti tahu, kan?

Begitulah! Ramadan mengajarkan kita tak hanya harus mampu mengawasi diri sendiri. Tapi juga menyadari, bahwa ada Tuhan yang selalu mengawasi.

Kelima. Berlatih Sabar.
Ini hal utama yang seharusnya menjadi hikmah ramadan. Alasanku meletakkan di akhir, karena jika saja mampu bersabar terhadap kebutuhan dan keinginan pada makan dan minum, maka ibadah puasa akan paripurna!

Sebab, sabar mendidik kita untuk merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Tak terlalu memaksakan tubuh dan pikiran untuk mencari kekurangannya, tah? Jika sudah begitu, jiwa dan raga akan sehat, kan?

Ilustrasi Menahan diri dari makan dan minum (sumber gambar: pixabay.com)
Ilustrasi Menahan diri dari makan dan minum (sumber gambar: pixabay.com)

Jadi?

Aku tak bisa memberikan teori-teori dalam hal menjaga kesehatan hingga menjaga berat badan selama ramadan.

Sebab, puasa di bulan ramadan yang satu bulan penuh ini, bukan hanya tataran teori. Tapi ranah praktis!

Hematku, jika saja mengejar 5 hikmah ramadan di atas, maka kesehatan akan hadir dengan sendirinya. Tak hanya raga, juga jiwa!

"Berolahraga, Bang!"
"Makan makanan yang sehat!"
"Tidur teratur, Bang!"
"Konsumsi suplemen pendamping!"

Aih, keempat hal itu, juga dilakukan selain di bulan ramadan, kan?

Curup, 23.04.2021
Zaldy Chan
(Ditulis untuk Kompasiana)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun