Pada tahun kedua, aku tak hanya ikut event THR Kompasiana tahun 2020. Aku pun mulai coba-coba mengikuti event yang diselenggarakan komunitas lain. Hasilnya? Seperti melempar jala ke sungai! Berhasil, mesti bersyukur. Kalau gagal? Hajar lagi! Eh, ikut lagi...
"Adaik nan mudo mananggung rindu, adaik nan tuo manahan ragam"
Ini petatah kedua yang kuajukan sebagai alur sejarah kepenulisanku di Kompasiana. Arti harfiah dari pepatah di atas adalah: "Kebiasaan anak muda menanggung rindu, kebiasaan orangtua menahan diri".
Di awal  bergabung dulu, cara dan tema tulisanku khususnya di kanal fiksi, seperti pepatah itu. Layaknya anak muda, didominasi dengan tulisan tentang romantika serta romansa kehidupan dan percintaan.
Seiring waktu, tanpa aku ketahui, entah siapa yang mempengaruhi atau hal apa yang jadi pemacunya, tulisanku sedikit banyaknya, perlahan mulai bergeser. Tak lagi menorehkan kata-kata dengan tema hubungan asmara.
Namun, menurutku, pola dan pilihan tema tulisanku mulai beragam. Meluas tentang fenomena kekinian hingga kritik sosial.
Begitu pula topik pembahasan di kanal nonfiksi, aku mulai berani membahas hal-hal yang kupikir berguna atau bermanfaat bagi orang lain. Sesuatu yang dulu tak pernah kupikirkan di awal bergabung. Pokoke nulis, dan bahagia jika ada apresiasi dari pembaca.
Eh, tanpa aku sadari. Hingga memasuki tahun ketiga di Kompasiana, ternyata tulisan-tulisan nonfiksiku juga mulai dilirik. Itu, menjadi api semangat bagiku, untuk percaya bahwa, aku bisa menulis artikel nonfiksi. Ahaaay...
"Bakato bapikia dulu, ingek-ingek sabalun kanai.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!