Keempat. Menyiapkan Keterampilan untuk Masa Depan
Aku akan memberi tututan yang sama tentang agama, serta hak yang sama urusan pendidikan bagi semua anakku. Ini hal utama. Namun itu tidak berlaku untuk urusan periaku dan keterampilan di rumah tangga.
Aku pasti merasa gagal menjadi ayah, jika anak perempuanku tak bisa meracik minuman, mencuci pakaian, menyetrika, membersihkan rumah, serta keterampilan memasak walau sederhana. Setidaknya menguasai bumbu dan alat-alat di dapur.
Jadi, aku termasuk ayah yang kolot jika urusan anak perempuan. Karena itu, sejak SD, aku sudah mengenalkan tahapan itu.Â
Impianku, jika nanti anakku beranjak dewasa dan berumah tangga. Ia bisa menghadirkan senyuman dan ketenangan untuk suami serta mertua. Hanya itu.
Aku tak tahu, apakah empat alasanku itu, juga dimiliki oleh sosok ayah yang lain. Dan, tulisan ini pun tak bermaksud sebagai ajang "perebutan" pengaruh dan tanggung jawab dalam hal menerapkan pola asuh dengan sosok ibu. Atau pola asuh orangtua pada umumnya.
Kukira, sikap dan perilaku serta tujuan dan harapan semua orangtua terhadap anaknya akan sama. Hanya saja, cara mencapai tujuan tersebut bisa saja berbeda, kan?Â
Pendidikan yang paling ampuh, jika dimulai dan dilakukan oleh orang-orang terdekat. Tak hanya pelajaran dan pembelajaran. Namun, juga pengalaman. Apalagi bagi anak perempuan.
Curup, 06.07.2021
Zaldy Chan
[Dtulis untuk Kompasiana]