Ada juga yang memilih bertahan dengan kehausan. Menganggap itu bagian dari "puzzle" cobaan kehidupan. Atau bisa jadi, menunggu uluran tangan dan belas kasihan. Kemudian terjebak dalam pilihan kutub tanya, "Itu tindakan kepahlawanan atau kebodohan?"
Bisa saja, ada poin keempat, kelima dan seterusnya. Ketika dihadap-hadapkan antara suka-tidak suka, diterima-ditolak, kebersamaan-paksaan atau perbedaan adalah kesalahan. Iya, tah?
Terkadang, kesadaran pada kemampuan berbanding terbalik dengan keinginan. Hingga, kompromi menjadi kata kunci untuk kehadiran sebuah toleransi. Bukan malah menjelma menjadi duri, yang kemudian secara perlahan dan pasti menyakiti.
Caranya? Aku belum tahu!
Bilang orang-orang yang lebih tua, kompromi akan terbukti, ketika kebijakan melahirkan kebajikan. Dan, keputusan hadir bukan dari keputusasaan. Aduhaaay...
Curup, 02.04.2021
[Ditulis untuk Kompasiana]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H