Sejak kelas 2 SD (Sekarang kelas 1 SMP). Pelan-pelan, kuberikan rumus dan tahapan kepada anak gadisku untuk meracik segelas kopi. Tentu saja, sesuai jejak usia Uni Tya. Aku tulis dalan liyane untuk menikmati segelas kopi dari gadisku itu, ya?
Pertama. Mengenal Bahan dan Takaran.
Dengan pertimbangan, di usia 8 tahun sudah mulai mengenal bahaya, maka kuputuskan meminta Uni Tya membuat segelas kopi. Rumusku adalah 2:1. Dua sendok kopi dan satu sendok gula. Atau disesuaikan dengan ukuran gelas. Air panasnya, masih dari termos.
Aku akan menikmati apapun rasa kopi racikan anakku. Pernah kebanyakan gula, kebanyakan kopi, atau diseduh dengan air termos yang sudah dingin. Hingga saat ini, aku masih memegang teguh pakem "Ikhlas menerima risiko yang terjadi. Jika ingin enak, buat sendiri".
Kedua. Berlatih Meramu Segelas Kopi.
Seingatku, kelas empat SD. Saat Uni Tya kubebaskan menggunakan kompor gas. Level meracik kopi, tak lagi asal jadi. Tapi mulai menakar rasa dengan cara mencicipi. Percayalah! Rasa kopi lebih nikmat, jika diseduh dengan air mendidih, daripada air panas dari dalam termos, kan?
Akibatnya? Beberapa kali, Uni Tya sukses memecahkan gelas, gegara perbedaan suhu gelas dan air mendidih. Hingga akhirnya anakku tahu, rahasia keberadaan sendok saat menuang air, mampu mencegah gelas terbelah. Hal sederhana itu, pada praktiknya, tak akan ditemukan di sekolah.
Ketiga. Menghidangkan untuk Tamu.
Karena berdarah Minang, aku memiliki kecerewetan khusus dalam hal adab. Semisal meramu segelas kopi, maka tak kuizinkan anakku mengaduk racikan kopi dengan menghasilkan bunyi, karena beradu sendok dan gelas. Dalam adab tetua Minang, jika berbunyi, itu pertanda kemarahan.
Apalagi jika ada tamu. Itu pantangan! Sebab, jika bertamu, kemudian terdengar bunyi. Atau jika segelas kopi yang dihidangkan ternyata dengan air yang tidak terlalu panas, itu cara halus meminta tamu cepat pulang.
Tak sebatas itu, saat menghidangkan, mesti diberi alas, seperti piring kecil sebagai tadah. Jangan lupa kalimat mempersilakan untuk dinikmati. Aku pribadi, jika diletakkan di hadapanku, tapi tuan rumah tidak menawarkan, maka aku tak akan meminumnya. Adabku keras, ya?