Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Jembatan, Tulisan dan Satu Pertanyaan "Can I Change Their Life?"

19 Februari 2021   18:36 Diperbarui: 20 Februari 2021   07:57 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan gantung (sumber gambar: pixabay.com)

Atau, jejangan kemudian ada ide efektif dan efisien. Bekerja di pinggir sungai. Belajar di pinggir sungai. Berbelanja di pinggir sungai. Berobat, mengurus SIM dan lain-lain cukup di pinggir sungai. Sebab, aneka profesi sudah saling jumpa. Iya, kan? Pasti seru! Tapi, malah balik seperti cerita jaman dulu!

Jembatan cinta
Jembatan cinta
Jembatan Cinta Itu Bernama Kompasiana

Bagiku, Kompasiana telah menjelma menjadi jembatan. Sebagai pemutus jarak, ruang dan waktu atas nama cinta. Kok bisa? Aku tulis ceritaku, ya?

"Mbak. Makasih, ya? Bang Iwan pasti senang!"

Kemarin, melalui whatsapp, kukirim pesan dan ucapan itu, setelah tahu, jika tulisan Kisah Penakluk Kebocoran dan Pengendali Angin untuk event Usaha Mikro yang digawangi Komunitas Penulis Berbalas dan Mbak Widz masuk tiga besar. [pengumuman bisa baca di sini]

Sesuai ketentuan, hadiah mesti diserahkan kepada pelaku usaha. Aku langsung membayangkan, raut Bang Iwan yang terkejut, ketika kuserahan uang hadiah itu. Sebab aku menulisnya diam-diam tanpa pemberitahuan.

Namun, kesenangan itu sesaat terjeda, pesanku dibalas agak lama. Aku lupa, jika Mbak Widz bermukim di Amerika. Dan, yang membuat isi kepalaku merana, Mbak Widz malah membalasnya dengan menggunakan "huruf-huruf kusut", aku mesti bolak-balik membuka kamus tua.

"Now. Can I change their life? Of Course not! But I can make a difference even only one  person just for one day. That means a world to me."

Pagi tadi. Sesudah mengantar anak ke sekolah. Aku menuju Kedai Makwo Ita. Tempat aku biasa ngopi. Persis di sebelah kedai itu, lapak Tambal Api Bang Iwan berada. Kulihat Bang Iwan sedang menambal ban seorang pelanggan.

Bang Iwan lagi membongkar Ban Motor (Dokumentasi pribadi zaldychan
Bang Iwan lagi membongkar Ban Motor (Dokumentasi pribadi zaldychan
Aku menunggu pekerjaan Bang Iwan selesai, sambil menikmati segelas kopi. Karena menolak saat kutawari ikutan ngopi. Diam-diam aku serahkan hadiah itu kepada Bang Iwan. Sosok penakluk kebocoran dan pengendali Angin itu tentu saja terkejut.

Untuk meyakinkan asal-usul hadiah. Terpaksa kubuka rahasia dan membiarkan Bang Iwan membaca artikelku, juga pengumuman event tersebut. Bang Iwan mengucapkan terima kasih, sambil mendoakan semoga sehat dan umur panjang bagi yang punya hajat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun