***
"Selamat ulang tahun, ibuku sayang!"
Kulihat tangan mungil itu memeluk erat lehermu. Menghujani wajahmu dengan bibirnya yang tak henti mengungkap rasa. Di ujung tempat tidur, kau tersenyum menatapku yang berdiri di pintu kamar.
"Kenapa Ayah tak bilang selamat?"
Tubuh mungil berusia delapan tahun itu meloncat dari tempat tidur, berlari memburuku dan menarik tangan kananku menghampirimu.
"Selamat ulang tahun, Cantik!"
"Kenapa tak pakai kata sayang?"
"Ibu cantik, kan?"
"Iya. Tapi Ayah curang!"
Gadis kecilmu berlari keluar kamar. Kembali dengan dua tangan membawa kue ulang tahun. Kau tertawa. Saat tubuh kecil itu kembali lincah berlari keluar kamar. Dan tergesa menyerahkan korek api kepadaku. Bagiku, hanya ada dua kue ulang tahun. Untukmu dan gadis kecilmu.
"Lupa! Ayah, lilinnya belum nyala!"