Saat beranjak ABG. Tak hanya tentang pakaian. Perubahan itu lebih besar lagi. Anak ingin membuktikan bisa melakukan apapun "tanpa" bantuan orangtua. Dan, orangtua bertukar fungsi menjadi pengarah tentang benar-salah, baik-buruk atau pantas-takpantas.
Kedua. Pergeseran dari dibantu jadi membantu (Asistensi).
Bagiku, tanpa disadari. Ada perubahan sangat signifikan jika memiliki anak ABG. Jika semasa kanak-kanak keberadaan orangtua dituntut membantu aktivitas serta kebutuhan anak. Maka, saat anak beranjak ABG, malah sebaliknya. Anak-anak yang membantu orangtua.
Terkadang, asistensi anak kategori ABG tak hanya di lingkup domestik kegiatan rumah tangga. Semisal membersihkan rumah, memasak, atau mencuci. Banyak kasus, anak ABG malah menjadi tulang punggung keluarga. Barisan kisah sukses artis cilik, bisa dijadikan contoh.
Ketiga. Menjadi lawan, kawan atau keduanya.
Banyak drama tersaji jika bicara hubungan orangtua dan anak, kan? Adalah bohong,jika hubungan itu damai dan lurus-lurus saja. Akan ada ledakan emosi, teriakan amarah atau pertengkaran. Dengan kadar "pertempuran" secukupnya hingga "perlawanan" dahsyat!
Akupun melihat banyak orangtua yang berinteraksi dengan anaknya. Tak lagi selayaknya orangtua dengan anak. Tapi seperti jalinan pertemanan yang hangat dan penuh canda tawa. Kukira, jika sudah begini, level adaptasi orangtua tersebut sudah sangat luar biasa.
Jadi?
Begitulah! Jika mampu menjadi orangtua bagi anak, pasti istimewa. Sebab, butuh adaptasi terhadap sikap maupun perilaku. Baik perubahan pada diri anak, maupun pada diri sendiri.
Menjadi orangtua, artinya harus siap selalu berubah. Hal itu akan terus terjadi, dan berulang kali. Hingga sang buah hati menapaki jenjang kehidupan hingga dewasa dan berumah tangga.
"Bang! Pernah dengar orang pensiun sebagai orangtua?