Ada 2 patahan yang terkenal. Di Pulau Sumatera, dikenal dengan "Patahan Semangko" berupa jejeran Bukit Barisan dari Aceh hingga Lampung. Di Pulau Jawa ada "Patahan Lembang" di Propinsi Jawa Barat.
Patahan itu selalu bergerak, walau tak kasat mata. Bisa semakin ke dalam, atau semakin naik. Ngarai Sihanok di Bukittinggi, serta barisan bukit bebatuan di Lembang, adalah contoh yang biasanya dijadikan objek penelitian tentang patahan.
Daerahku? Curup sebagai Ibukota Rejang Lebong, juga dilewati Patahan Semangko. Yang paling aktif "Sesar Musi". Letaknya memanjang dari Rejang Lebong, Kepahiang sampai desa Ulu Musi Sumatera Selatan. Sehingga masyarakat di daerahku pun sering merasakan gempa.
Gempa ini dipicu oleh aktivitas Gunung Api. Indonesia memiliki 500 Gunung api. 129 buah merupakan gunung api Aktif, dan 70 buah di antaranya, sering meletus.
Jika menyigi id.wikipedia.org. sebaran gunung Api di Pulau Sumatera 30, Pulau Jawa 35, Pulau Bali dan Nusa Tenggara 30, Pulau Maluku 16 dan Sulawesi 18 Gunung api.
Indonesia mengenal 2 kategori gunung api. Kategori Tipe A adalah gunung api aktif. Diukur berdasarkan sejarah letusan di atas tahun 1500 M. Contoh paling nyata adalah Letusan dahsyat Gunung Merapi tahun 2010.
Ada juga Ketegori Tipe B, jika sejarah letusannya di bawah tahun 1500 M atau tak tercatat. Gunung Toba di Sumatera Utara termasuk gunung api kategori ini. Ada juga yang menyebutnya gunung api purba karena kawah kaldera-nya sudah menjadi danau.
Bagaimana daerahku? Rejang Lebong memiliki 2 gunung api. Pertama. Bukit Kaba (1.952 Mdpl) adalah Gunung Api aktif tipe A. Dalam alur sejarah letusan besar terakhir Bukit Kaba tahun 1952. Di puncak Bukit Kaba, ada 2 kawah besar yaitu Kawah Mati dan Kawah Hidup.
Kedua. Bukit Daun (2.467 Mdpl) termasuk Gunung Api tipe B. Karena tak tercatat sejarah letusannya. Namun jika ada yang pernah ke Bukit Daun, akan tahu aktivitas Gunung ini. Ada sejumlah titik yang menyemburkan air panas dan membentuk telaga.
Orang di kampungku mengenalnya dengan sebutan "Telaga Tujuh Warna". Sebab berbeda warna. Belasan tahun lalu, saat terlibat dalam sebuah program kesiapsiagaan bencana, aku hanya bisa menemukan lima telaga. Itu pun nyaris 12 jam berjalan menembus belantara.