Beranda adalah tempat penantian.
Satu meja dan sepasang bangku kayu, juga asbak berbahan batu. Berbagi ruang dengan mawar merah, melati juga lidah buaya. Bersatu riang dengan cabai, tomat, bawang daun, saledri dan selada. Menjadi saksi, kehidupan atau terlupakan.
"Ayah sedang apa?"
"Duduklah! Kita menunggu senja!"
Beranda tempat persinggahan senja.
Sebagai garis jeda. Ketika mentari enggan mengaku lelah merajai hari. Namun tunduk dan patuh pada Sang Penguasa waktu.
Sepasang kunang-kunang diam-diam memadu janji menunda perjalanan hari di kala senja. Sepasang kekasih sembunyi-sembunyi mereguk kisah di antara butir cinta dan bulir air mata. Atau memaksa rasa memangku lupa.
Tak ada batas rahasia dalam senja
Hari-hari terus mengukir jejak matahari
Namun senja tak pernah berjanji
Senja datang ketika harus kembali
Senja pulang ketika harus pergi
Hanya sesaat senja, tak terhenti
Hanya sesaat jeda, tak terganti
Kaucari?
Senja tak peduli!
Kaunanti?
Senja mungkin sembunyi
Di beranda senja melaju. Menawarkan perguliran waktu-waktu baru. Dan, berlalu.
"Ayah. Senja menghilang!"
"Senja tak pernah hilang, Nak! Tapi, kita!"
Curup, 23.01.2021
zaldychan