Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Edukasi dan Simulasi Bencana, Melatih Reaksi Menjadi Aksi

19 Januari 2021   12:34 Diperbarui: 20 Januari 2021   07:38 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya? Mungkin karena disain dan konstruksi bangunan yang tidak sesuai, atau pengabaian terhadap kajian struktur tanah, mungkin juga keliru perhitungan soal bahan material saat memulai pembangunan.

Bisa juga disebabkan mendirikan bangunan di area yang memang secara alamiah rentan. Semisal di daerah bantaran sungai, di perbukitan yang terus mengalami deforestasi atau penebangan pohon. Ketika ancaman bertemu kerentanan, hasilnya adalah bencana.

Membangun rumah dengan disain dan konstruksi yang kuat serta padat modal, namun berlokasi di tepi sungai atau tebingan dengan struktur tanah yang rawan longsor, juga bahaya, kan? Hujan dan gempa kecil pun, bisa saja berujung bencana.

Belajar dari Jepang, Simulasi Melatih Reaksi Menjadi Aksi

Secara geografis, Jepang mirip Indonesia. Negara kepulauan yang letaknya berada di "ring of fire" atau cincin api bumi yang membentang hingga ke daratan amerika selatan seperti Peru dan Chili. Panduan sederhana negara yang dilewati cincin api adalah memiliki gunung Api.

Tak terhitung bencana alam dengan kualifikasi besar menerpa Jepang. Walaupun menjadi salah satu negara yang ditahbiskan paling maju urusan teknologi. Namun, negara itu belum mampu "menekan" risiko berupa korban dan kerugian yang ditimbulkan.

Jika urusan kewaspadaan bencana negara-negara di dunia, Jepang termasuk paling waspada. Memiliki sistem edukasi bencana sejak sekolah dasar dan konsep mitigasi bencana yang banyak ditiru negara lain. Termasuk Indonesia.

Gelombang Tsunami di wilayah Touhoku Jepang 11/3/2011 (sumber gambar : https://www.kompas.com/)
Gelombang Tsunami di wilayah Touhoku Jepang 11/3/2011 (sumber gambar : https://www.kompas.com/)
Gempa Kobe tahun 1995 (Magnitude 7,3 SR) jumlah yang meninggal 6.400 orang dengan estimasi kerugian 100 miliar dolar AS. Gempa sekaligus Tsunami tahun 2011 di wilayah Touhoku merenggut nyawa 19.300 orang, perkiraan kerugian 360 miliar dolar AS.

Hingga hari ini, Jepang masih menyediakan hari libur secara nasional untuk melakukan simulasi bencana. Apatah berupa bencana gempa, tsunami, kebakaran atau gunung meletus. Itu pun ditambah pelatihan secara berkala di setiap distrik, perusahaan atau pusat pertokoan.

Apa manfaat simulasi? Tujuan simulasi itu antara lain :

1. Melatih reaksi tubuh berdasarkan olah pikir serta pengetahuan tentang ancaman dan risiko.
2. Mengenal struktur bangunan di sekitar dalam aktifitas keseharian.
3. Mencari tahu titik aman, titik bahaya jalur evakuasi dan titik pengungsian.
4. Menyadari harus melakukan apa atau siapa melakukan apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun