Azki terjatuh. Tubuhnya melengkung. Kedua tangannya menutupi wajah. Fahmi terkejut. Semua siswa kelas satu terkejut. Seisi sekolah menoleh ke halaman.
Fahmi langsung membungkuk, memegang bahu Azki. Berusaha mengajak berdiri. Wajahnya terlihat cemas.
"Aduh! Maaf, ya? Itu tadi spontan. Habis kamu..." Ujar Fahmi nyaris berbisik.
Tak ada sahutan. Wajah Azki meringis. Matanya terpejam. Tiba-tiba Azki melentingkan tubuh sambil jumpalitan. Dengan senyum menggoda. Semua siswa kembali mendapat kejutan. Fahmi tersadar, barusan dipermainkan lagi.
"Untung halaman ini bersih. Seragamku tidak kotor." Ucap Azki sambil merangkul bahu Fahmi. Senyuman tak lepas dari bibirnya.
"Kau..."
Kecemasannya sirna. Berganti gemas. Tangan kanan Fahmi berusaha meraih tubuh Azki, yang segera mengelak dengan berlari di antara barisan. Fahmi mengejar. Barisan menjadi kacau. Namun, terhenti saat Azki mengangkat tangan. Menyerah.
"Pukulanmu tadi, bagus."
"Karena, kau tadi..."
Fahmi tidak menyelesaikan kalimatnya. Azki memandang dengan wajah bermakna permintaan maaf.
"Aku pukul bahumu. Kenapa yang sakit wajahmu?"