Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Setelah 2 Tahun, Mengeja Komitmen dan Menguji Konsistensi Menulis di Kompasiana

29 Desember 2020   19:59 Diperbarui: 30 Desember 2020   16:56 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustatrasi tinta dan tulisan (sumber gambar : pixabay.com)

Di Pantai Panjang Bengkulu. Senja itu, matahari memburu garis horizontal di tengah lautan. Membatasi jarak pandang Ayu untuk menikmati langit jingga dengan utuh.

"Maukah kau menikah denganku?"

Agung, yang sejak tadi berdiri diam di sisi Ayu, tiba-tiba berjongkok. Meletakkan lutut kanannya ke pasir pantai. Tak peduli, riak ombak yang membasahi celana dan sepatu. Tangan kanannya, mengajukan kotak kecil berwarna merah jambu kepada Ayu.

Teman, anggaplah dua paragraf di atas, sebagai potongan sketsa sebuah telenovela. Satu prosesi lamaran yang mungkin diimpikan para bucin. Atau, pemantik sesal pasangan usia tua yang tak sempat melakukan seperti sketsa itu.

Itu bukan sekadar sebuah lamaran. Namun, sebuah tawaran komitmen bersama dari seorang lelaki kepada kekasihnya. Para penyuka kisah happy ending, memilih perempuan menjawab, "Iya! Aku bersedia." Maka, perempuan itu mengikat diri pada kekasihnya.

Penyuka twisted atau sad ending, memilih reaksi sebaliknya. Jawaban "tidak!" atau malah perempuan itu digambarkan berbalik badan, berlari meninggalkan sang lelaki tanpa jawaban, bisa saja sebagai tanda penolakan.

Ucapan "Aku mencintaimu", "Aku bersedia" atau "Aku berjanji" itu, kuanggap sebagai sebuah komitmen. Wujud kesepakatan sekaligus penyerahan diri. Itu sangat mudah diucapkan.

Kemudian, tersisa satu pertanyaan. Mampukah konsisten dengan komitmen yang sudah diujarkan? Jika semua mampu, agaknya, tak akan pernah ada perpisahan, perceraian atau perselingkuhan kecuali kematian, tah?

Kukira, begitu juga dalam hal menulis. Berkomitmen untuk menulis itu gampang! Namun, mampukah konsisten untuk terus menulis?

Ilustatrasi kertas catatan kegagalan menulis (sumber gambar : pixabay.com)
Ilustatrasi kertas catatan kegagalan menulis (sumber gambar : pixabay.com)
Mengeja Komitmen dan Menguji Konsistensi Menulis di Kompasiana

Tanggal hari ini, aku merayakan genap dua tahun, menjadi bagian dari keluarga besar Kompasiana. Kalau dalam kompetisi Basket NBA, aku baru masuk barisan pemain tahun kedua atau Shopomore!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun