Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kepak Sayap Putih Abu-abu [2]

20 Desember 2020   14:34 Diperbarui: 20 Desember 2020   14:37 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah sebelumnya

Azki tertegun mendengar pesan-pesan kepala sekolah tentang pergaulan remaja, narkoba, bencana yang kerap melanda negeri ini. Termasuk tentang Pandemi serta suasana politik di dalam dan di luar negeri.

Matahari sudah semakin tinggi.  Azki bertanya-tanya dalam hati, "Apakah Bapak Kepala Sekolah mau pergi jauh? Kenapa pesannya seperti rel kereta api?" 

"Kepada Pengurus OSIS, Panitia MOS juga siswa kelas dua dan kelas tiga. Jalankan tradisi sekolah ini dengan sebaik mungkin. Jangan membuat buruk citra sekolah. jika itu terjadi, akan saya tindak tegas! Kepada siswa baru, ikuti aturan dan tata tertib di sekolah ini!"

Semua siswa lama, dan anak baru memilih diam. Berusaha tekun mendengarkan rentetan akhir dari amanat kepala sekolah.

"Terakhir. Saya ucapkan selamat belajar, bekerja, dan berkarya. Raihlah prestasi dengan ilmu. Ingat motto sekolah ini, MEMILIKI PENGETAHUAN BERARTI MEMILIKI KEKUATAN." 

Tepuk tangan kembali terdengar dari peserta upacara. Kali ini, lebih meriah dari sebelumnya. Mungkin bertambah semangat atau merasa senang, karena kepala sekolah segera mengakhiri amanatnya yang panjang.

Azki menghentikan tepuk tangan lebih cepat sambil melirik ke sisi kiri. Guru tersebut melirik ke arahnya. Kemudian meluruskan pandangan ke depan tanpa ekspresi. Sekilas deretan abjad terlihat pada papan nama di dada kanan baju batiknya. Namun Azki tak sempat merekam di otaknya.

Upacara dinyatakan selesai.

Hari pertama belum belajar. Terdengar pengumuman, seluruh siswa kelas dua dan tiga segera memasuki kelas untuk menemui wali kelas serta memilih pengurus kelas yang baru.

Siswa kelas satu tetap berada di halaman, sampai ada pemberitahuan lebih lanjut. Terdengar keluhan dan suara-suara berbisik dari barisan kelas satu.

Siswa kelas dua dan tiga, teratur membubarkan diri menuju kelasnya masing-masing. Azki hanya bisa menarik nafas panjang dan mengendurkan kakinya yang terasa kaku.

"Kamu, ikut saya!"

Suara tegas bernada perintah terdengar. Azki menoleh pada sumber suara. Laki-laki tersebut mengangguk dan melangkah panjang ke ruang guru. Azki tertegun sesaat.

"Pergi cepat!"

Suara si gendut di sebelahnya mengingatkan. Wajahnya menggambarkan kecemasan. Azki menebar pandang ke sekitarnya. Anak-anak yang lain memandangnya heran, kemudian saling berbisik.

Azki menoleh ke arah si Gendut, seolah meminta pertimbangan. Si Gendut di sebelahnya mengangguk. Azki pun membalas anggukan itu.

"Nama kamu siapa?" Azki bertanya sambil mengulurkan tangannya.

"Ayo cepat ke sana!" Lagi, terdengar Suara si Gendut. Sekarang agak keras. Matanya mengarah ke ruang guru. Tampak guru tadi, berdiri di pintu memandang ke arahnya.

"Iya. Nama kamu siapa?" Azki mengulang tanya. Tangannya masih terulur.

"Fahmi!"  Si Gendut menyambut cepat tangan Azki, dan segera melepaskannya kembali.

"Fahmi? Aku panggil kamu gendut? Eh, Famoy aja, ya? Suka atau tidak terserah! Aku pergi Moy. Namaku Azki!"

Sambil berteriak, Azki berbalik badan.  Berjalan ringan menuju ruang guru.

"Gila! Masih sempat-sempatnya berkenalan dalam situasi seperti ini. Astaga! Jalannya pun santai. Mau dihukum apa anak itu? Panggil orang pun seenaknya!"

Fahmi sibuk bertarung dengan pikirannya. Matanya memandang Azki yang sedang menghadap sosok angker, yang sedari tadi menunggu.

Secara tak resmi, siswa dan siswi SMA Bakti 1 memberi julukan Mr.G pada guru tersebut. Menurut anak-anak, huruf G bukan Inisial dari nama Pak Gatot. Tetapi akronim dari kata Ganas. Sebab, kalau sudah menghukum tak pernah tanggung.

Namun, bagi Pak Gatot julukan itu sebagai penghormatan. Karena huruf G itu dianggapnya akronim dari kata Great atau Good. Selain akronim namanya sendiri. Sehingga Pak Gatot selalu bangga jika disapa Mr G.

Kakaknya Fahmi juga sekolah di sini. sehingga Fahmi sedikit tahu sosok Pak Gatot.  

Sebagian anak yang sudah mengenal sosok angker tersebut menatap kasihan pada Azki. Sebagian yang lain saling bertanya, dan mencari tahu sebab kenapa anak kelas satu dipanggil oleh Mr G.

Curup, 20.12.2020

Zaldychan

[Bagian satu: Hari Penuh Warna]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun