Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Tangisan Sunyi Sungai Musi

26 November 2020   16:37 Diperbarui: 26 November 2020   18:21 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar batu kerikil di sungai (sumber gambar: pixabay.com)

***

"Rumah Mang Acip hanyut!"

Suaramu membangunkanku. Naluri menuntun gerak cepat tubuhku menuju pintu belakang rumah. Tak ada teriakan panik dan histeris terdengar. Di antara kegelapan, kulihat arus deras sungai Musi. Pohon kelapa di pinggir sungai lenyap.

Apa pun akhir kisah tragis malam itu. Mang Acip masih beruntung! Hanya rumah kosong yang di ajak pergi. 

Sebelas tahun lalu, banjir di belakang rumah mengajak lelakimu pergi.

***

"Kau seperti lelakiku!"

Pelukmu semakin erat. Tujuh belas tahun, bukan waktu yang mudah untuk satu keputusan. Meninggalkanmu.

Seumur hidup aku menemanimu. Nyaris setiap pagi, mengambil dan mengumpulkan batu-batu dari sungai Musi. Namun waktu yang kejam, tak pernah memberi tahu. Agar aku bersiap hidup terpisah denganmu.

"Kuliah yang baik. Jangan lupa, doakan Ayahmu!"

Dua telapak tanganmu yang kasar, dan penuh bekas luka, menyentuh dua bahuku. Tangan kukuh yang tak lelah memecah batu-batu masalah yang menghambat kehidupan masa depanku.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun