***
"Bagaimana jika nanti, kau seperti..."
Pertanyaan berulang! Kau seperti ibu. Khawatir jika aku seperti ayahku. Sosok yang tak pernah kembali. Usai dijemput malam hari.
Aku hanya tahu dari cerita ibu, yang kembali aku ceritakan padamu. Ayahku menjalankan misi rahasia untuk negara. Hanya itu.
"Kau mau mengingatku?"
Angin senja menjemput bayangan malam. Dan aku tak mampu mengusik raut wajahmu nan muram. Permintaan menjadi serpihan harapan tanpa pembuktian. Hampa, tak makna. Namun melahirkan bekas luka.
Kau tak ingin mengerti? Tak satu orang pun yang bersiap menyusun puing-puing perpisahan di bentangan ladang harapan. Dan, tak pernah ada pilihan mudah dalam peperangan.
***
"Tak usah berjanji. Pergilah!"
Kau dan aku mengerti. Hati harus belajar kepada sunyi. Mereguk kekosongan hari-hari tak berujung dalam penantian. Hanya berbekal kepercayaan untuk tetap bersama dalam keyakinan. Adakah yang mampu mengalahkan keyakinan?
Bagimu, bukan segaris senyuman yang pantas diajukan. Namun, butiran air mata adalah cara terbaik darimu membasuh titik akhir pertemuan.