Pertama. Reaksi Militansi
Kategori ini dianggap sebagai pihak yang berupaya menentang atau berlawanan. Terkadang dituduh sebagai anti ini dan itu. bahasa lugasnya, reaksi yang melawan arus atau antimainstream. Contoh lucunya? Saat hujan dan cuaca dingin, malah ingin makan es krim!
Kedua. Reaksi Formasi
Reaksi ini dilakukan sebagai upaya pertahanan diri, ketika tanpa sadar merasa terancam. Tapi dilakukan secara sadar. Misalnya? Kaum ibu yang bersenjatakan raket listrik setiap senja, untuk memburu nyamuk nakal. Agar saat tidur, anggota keluarga tercinta tak jadi korban gigitan.
Ketiga. Reaksi Orientasi
Ini adalah upaya penyesuaian diri dengan lingkungan. Semisal bunglon yang mampu dengan gesit beradaptasi. Atau seperti penyesuaian diri penumpang dalam bis kota yang terlihat sesak dan padat. Ternyata masih bisa muat ketika penumpang baru ikutan naik.
Ketiga reaksi ini bisa ditemukan saat mendengarkan bunyi atau mencium aroma kentut. Coba aja telaah secara mandiri!
Pada semua aspek kehidupan, tiga macam reaksi itu pun dapat hadir. Contoh terbaru? Ajakan boikot produk Perancis sebagai reaksi dari pidato Presiden Macron, atau maraknya reaksi terhadap UU Cipta Lapangan Kerja yang sudah disahkan oleh DPR dan Presiden.
Adakah hubungannya? Hematku, yang dilakukan para pendemo itu bukan aksi. Tapi adalah reaksi dari lahirnya undang-undang itu. Terus, yang aksi apa? Tindakan anggota dewan yang mengesahkan. Masalahnya, reaksi itu masuk kategori yang mana?
Sesungguhnya, tak hanya terhadap kentut yang memicu reaksi setelah ada bau atau bunyi.
Namun, ada juga reaksi itu ketika sudah ada dampak, baru tampak! Kalau tak memiliki dampak? Acapkali pura-pura tak tampak.Â