Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

3 Timbangan Rasa Saat Menulis di Kompasiana

23 Oktober 2020   14:43 Diperbarui: 29 Oktober 2020   21:21 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat Ulang Tahun ke-12 Kompasiana (sumber gambar : kompasiana.com)

Keempat. Menjalin pertemanan, menemukan keluarga tanpa pertalian darah, hingga membangun jaringan literasi antar Kompasianers di dalam dan di luar negeri, adalah hal-hal yang kudapatkan di rumah bersama ini, tapi telat kusadari.

Sesungguhnya, masih banyak jejak literasi yang bisa menjadi saksi. Namun, biarlah mereka menempuh jalan sunyi.

Selamat Ulang Tahun ke-12 Kompasiana (sumber gambar : kompasiana.com)
Selamat Ulang Tahun ke-12 Kompasiana (sumber gambar : kompasiana.com)
Membaca Tulisan 12 Tahun Kompasiana dengan Menu Masakan Padang

Kemarin, aku adalah penumpang bus yang kehabisan peluang menikmati hidangan di Rumah Makan Padang.

Karena hanya bisa membaca beragam tulisan yang tayang, dua belas jam usai detak akhir hari lahirmu yang ke-12. Aku ikut memeriahkan dengan caraku. Melakukan refleksi dari hidangan tulisan tentang Kompasiana. Tentu saja bersandar pada rumpun ilmu kiramologi sekaligus kelirumologi, ya?

Walau tak lagi tersaji hangat, masih terasa empuk dengan bumbu yang pekat. Ada tulisan yang diracik secara serius dengan beberapa bumbu khusus. Kuanggap seperti mencicipi daging "Randang". Irisan daging pilihan dari punggung atau paha sapi.

Ada juga tulisan yang renyah dan gurih tapi pedas. Seperti memegang sepiring nasi, yang disajikan menu "Dendeng Batokok Sambalado" dengan varian sambal hijau atau merah. Menu ini melalui proses panjang, diiris tipis-tipis, dipukul, dijemur di matahari atau diasapi sebelum digoreng kering!

Beberapa tulisan dihadirkan dengan lembut dan penuh rasa kasih. Aku jadi mengingat menu "Gajeboh"! Aih, silakan cari tahu menu ajaib itu. Sebagian orang menganggapnya lemak jahat. Lemak daging itu, akan meluncur mulus di lidah, jika disantap selagi hangat.

Namun, beberapa tulisan, menampilkan pesona tersendiri dengan isi yang nyelekit sebagai kritik sayang. Aku ibaratkan sebagai menu "Kalio Jariang". Dalam rumus masakan Minang, kuah kental kalio adalah etape setengah jalan dari bumbu randang. Empuk namun menyisakan aroma khas di akhir santapan.

Sesungguhnya masih ada rasa tulisan seperti menu "Gulai Cubadak" yang berbahan nangka, "Pucuk Parancih" sebagai nama lain dari daun singkong, "Talua Dada" pengganti telur dadar, atau "Ampelo" yang biasa juga disebut ampela. 

Tapi, aku jadi khawatir tulisan ini jadi mirip daftar menu yang tertempel di dinding Rumah Makan Padang. Ahaaay....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun