Jepang memiliki satu hari khusus untuk simulasi nasional bencana setiap tahun. Semua orang terlibat dan melibatkan diri untuk keselamatan bersama. Indonesia? Dulu pernah ada. Bersifat lokal dan seremonial. Hiks..
Ini jamak terjadi. Banyak orang yang karena panik, akhirnya teriak-teriak bahkan berlarian tak tentu arah. Dampaknya? Malah mengajak orang lain menjadi panik berjamaah.
Bersikap tenang, memang tidak bisa otomatis, kan? Namun jika setiap orang tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa. Maka ketenangan akan menular pada orang sekitar.
Contoh paling gampang? Coba masukkan tali ke lubang jarum karung sambil teriak. Ingat jarum karung itu besarkan? Namun jika sambil teriak, hal itu menjadi tak mudah. Sebaliknya, jika tenang, benang jahit yang halus bisa dengan sangat mudah dimasukkan ke lobang jarum yang kecil. Iya, tah?
Lah, kalau tenang semua pasti bisa, Bro! Itu betul! Karena kita semua tahu, saat memasukkan benang itu harus tenang. Bukan teriak-teriak! Iya, kan?
Karena gempa adalah fenomena alam. Yang hanya bisa dipelajari dari gejala. Kapan dan di mana posisinya, masih menjadi rahasia. Kukira, tiga hal sederhana yang bisa dilakukan oleh setiap keluarga itu, menjadi salah satu usaha untuk mengurangi dampak bencana.
Jika sudah melakukan itu, sisanya baru berserah pada Tuhan. Setuju, kan?
Jadi? Boleh santai, asal tak abai!
Curup, 19.08.2020