Secara kiramologi, kucoba menuliskan semacam lingkaran yang bisa jadi merupakan hubungan sebab-akibat (kausalitas), sehingga utang bisa disetarakan dengan judi dan prostitusi. Aku tulis saja, ya?
Keinginan atau kebutuhan.
Ini dua hal berbeda. Namun acapkali kita gagap mendefinisikannya dalam pergulatan hidup di keseharian. Juga ada kesulitan menentukan hal itu keinginan atau kebutuhan? Juga susah menentukan prioritas pada kedua hal tersebut. Muaranya? Utang menjadi solusi instan.
Coba bayangkan, andai Sulaiman selaku Ayah Siti Nurbaya, tak memiliki keinginan untuk mengembangkan usaha? Bisa saja, tak akan berhubungan dengan urusan Utang, kan?
Para Pihak. Â
Aku tak menulis kedua belah pihak. Karena terkadang, dalam rimba perutangan, acapkali ditemui lebih dari dua pihak yang terlibat. Baik perorangan atau berbentuk lembaga. Jadi para pihak menjadi pilihanku.
Dalam Novel ini, Datuk Maringgih digambarkan sebagai sosok yang kaya raya dan mampu berpiutang. Dan Sulaiman pihak yang berhutang. Utang pun tak akan pernah ada, tanpa salah satu dari para pihak itu, kan?
Ada Uang, Barang atau Jasa.
Ketiga hal ini, bisa menjadi sebab adanya utang. Uang ada di urutan teratas, kemudian barang, yang terakhir jasa. Di dalam Novel, tak begitu jelas, apatah uang atau barang yang menjadi perantara utang.
Bagaimana Jika tak ada ketiga hal ini, akankah ada utang? Duh, jika semua orang tiba-tiba miskin berjamaah, di masa kini ada Lembaga keuangan yang siap melakukan itu.
Jika menilik 4 lembaga keuangan yang ada. Maka dunia perbankan pada peran jasa keuangan, Pegadaian berperan pada penyediaan jasa keuangan dan barang. Koperasi pada barang dan uang, serta asuransi pada uang dan jasa.