Aku tulis sekedar mengingatkan kisah klasik itu, ya?
Awalnya, Sulaiman (ayah Siti Nurbaya), seorang pedagang di kota Padang yang terlilit utang pada Datuk Maringgih. Konflik pertama dimulai, ketika utang tersebut tak mampu dibayar.
Solusi yang disepakati walau terpaksa, Datuk Maringgih menikahi Siti Nurbaya untuk pelunasan hutang. Pada posisi ini, Siti Nurbaya menjadi anak yang berbakti pada orangtua dengan mengorbankan diri, walau sudah memiliki kekasih.
Konflik menjadi berkembang, pengorbanan itu masih berkoma, ketika Siti Nurbaya kembali mengingat kekasihnya Syamsul Bahri yang kuliah di Stovia Jakarta, bahkan berkirim surat menceritakan nasibnya.
Pertemuan secara sembunyi sepasang kekasih saat Syamsul Bahri pulang liburan ke Padang. Adalah aib dalam adat Minang, perempuan yang telah bersuami bertemu lelaki yang bukan muhrim tanpa pendamping. Apatah lagi kejadian itu kemudian diketahui Datuk Maringgih.
Datuk Maringgih meradang. Siti Nurbaya dimarahi. Sulaiman, sang Ayah yang sedang sakit keras, mendengar hal itu terkejut kemudian menemukan kematian. Syamsul Bahri anak seorang Penghulu ternama (Sutan Mahmud), akhirnya diusir sang ayah kembali ke Jakarta.
Secara "jahat", Marah Rusli sebagai tuhan dari cerita itu, "mematikan" tokoh sentral kisah Siti Nurbaya, akibat racun dari orang suruhan suaminya. Kematian kedua dari kisah roman ini. Hampir terjadi kematian ketiga, saat Syamsul Bahri mencoba bunuh diri, usai mendengar nasib kekasihnya.
Tapi secara brilian, kematian ketiga itu ditunda penulis novel. Sekian tahun berjalan, Syamsul Bahri yang telah menjalani karir militer. Secara kebetulan diutus ke Padang untuk menyelesaikan "huru-hara" yang kerap terjadi. Dikisahkan, hal itu diotaki oleh Datuk Maringgih.
Dua kematian secara dramatis disajikan Marah Rusli di akhir kisah. Datuk Maringgih (Pribumi, Pahlawan?) menemukan ajal usai dihajar peluru Syamsul Bahri (Belanda, Pengkhianat?). Dan tebasan parang Datuk Maringgih pun akhirnya menewaskan Syamsul Bahri.
Sebuah kisah berujung empat kematian pada novel ini. Kematian Sulaiman, Siti Nurbaya, Datuk Maringgih serta Syamsul Bahri, mewarnai perjalanan panjang kisah ini yang bermula dari Utang. Tragis? Hanya kisah fiksi, tah?