Apakah aku berjiwa besar dan menerima kekalahan? Alasan logisnya, Aku pernah mencoba menjadi manajer sekaligus pelatih ketiga klub itu. Tapi secara virtual! Hihi...
Adalah game Championship Manager 1995 berbentuk CD, dan mesti di-instal di Komputer, awal mula aku berprofesi sebagai pelatih. Namun hasilnya tak pernah juara liga. Kecuali aku berlaku "curang"  dengan transfer paksa pemain bintang atau jika kalah, ulangi lagi.
Padahal, di AC Milan masih ada George Weah dan Shevchenko. Di Liverpool ada Owen dan Fowler, di Barcelona ada Koeman, Guardiola dan Luis Figo! Berbagai taktik dari fitur yang disediakan game tersebut kucoba. Tapi gagal!
Musim 2000-2001 aku mulai kenal game Football Manager. Dengan fitur game yang lebih lengkap dibandingkan Championship Manager 1995. Dengan beberapa kali update dan upgrade pemain di setiap musimnya. Akupun memainkan keduanya. Tetap saja gagal. Lagi dan lagi.
Satu pelajaran penting yang kudapatkan adalah, aku membayangkan begitu hebatnya mental para pemain ketiga klub tersebut pada saat itu. Betapapun pahitnya, kekalahan pada musim lalu, mesti segera dianggap angin lalu.
Kemudian bersama membentuk energi positif untuk meraih kemenangan di musim berikutnya. Jika gagal? Akan kembali bangkit! Kukira mereka menganut rumus ajaib, kehidupan tak semua mulus. Terkadang datangnya hari ini karena kegagalan-kegagalan sebelumnya.
Mereka menjadi terlatih melabuhkan kekalahan. Namun tak lupa memupuk mental pemenang. Sehingga walaupun ada kekalahan dan kesedihan, itu tak berlangsung abadi!
Bagaimana denganku? Tak terhitung mouse juga keyboard yang menjadi sasaran kekesalanku akibat kekalahan demi kekalahan yang berulang itu. Tekanan dan ambisi untuk menang selalu menghantuiku, setiap memulai perjalanan di awal dan di akhir musim.
Akupun mulai sibuk mencari kesalahan dari game tersebut. Aku curiga, jangan-jangan, pembuat game tersebut "sengaja" menciptakan rumus yang aku tak mengerti, dan membuat ketiga klub yang kumainkan itu, tak pernah juara liga.
Percayalah! Tak pernah di posisi nyaman jika selalu menemui kekalahan. Apalagi merasa, jika segala usaha sudah dilakukan. Itu sangat menguras emosi. Padahal hanya game di komputer! Tinggal pencet shutdown, selesai!