Sepakat dengan kalimat ini? Sesiapapun. Baik yang telah menjadi orangtua, maupun calon orangtua, atau yang masih sekolah, akan memiliki keinginan begitu, ya?
Mungkin karena keinginan itu, maka orangtua mencoba melakukan yang terbaik bagi buah hatinya. Bisa saja, bercermin dari pengalaman hidupnya, refleksi dan pengamatan dan pengetahuan yang didapatkan, atau rumusan bersama dengan pasangan.
Berpijak dari hal demikian, ada sebagian orangtua yang menjaga bahkan terkadang, tanpa sadar menuntut anaknya, jangan sampai menemui kegagalan.
Malah ada juga yang "menitipkan" harapan tinggi, menyiapkan dan melibatkan anak dengan berbagai aktivitas semisal berbagai les atau kursus yang dirasakan mendukung kemampuan dan kebutuhan anak di masa depan.
Tanpa berhitung, jika kondisi demikian, menciptakan kecemasan dan ketakutan pada anak. Hal itu, dirasakan oleh anak yang khawatir akan gagal mewujudkan harapan orangtua padanya.
Sila perhatikan anak-anak yang beberapa minggu ini, telah menerima rapor sebagai hasil evaluasi dan bukti belajar anak.
Adakah anak yang khawatir? Jika ditanya tentang nilai pelajaran, ternyata tak sesuai harapan. Jika diajak bicara bahasa Inggris, ternyata hasil les yang dilakukan tak ada peningkatan, setidaknya di nilai rapor.
Adakah anak, yang sejak balita anak terlihat sebagai pribadi yang ceria, tetiba menjadi pendiam. Anak-anak yang biasanya antusias terhadap hal-hal baru, lebih memilih sembunyi dan menepi dari interaksi dengan orangtua.