Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyigi Filosofi dan Tradisi Minang serta Cara Li Ziqi Melewati Ketidakpastian di Masa Pandemi

30 Juni 2020   16:14 Diperbarui: 30 Juni 2020   16:08 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak diumumkan oleh pemerintah pada 2 Maret 2020,  terdapat dua kasus pasien positif  Covid-19. Dalam rentang waktu  4 bulan, penambahan kasus menjadi sebanyak 54.010.  Jumlah pasien sembuh 22.936 orang, yang meninggal 2.754. Tersebar di 34 propinsi dan 448 kabupaten/kota di Indonesia. (1).

Pandemi corona ini, tak lagi sekedar "mengganggu" sendi-sendi kehidupan. Namun telah menjadi "medan perang".  Ketidaksiapan manajemen krisis dan resiko dari pengambil kebijakan, tuntutan perubahan perilaku drastis kepada masyarakat, menjadi lengkap dengan keraguan pada akurasi data juga berita.

Dua besar yang acapkali digaungkan adalah sektor kesehatan yang diharapkan menjadi garda terdepan melawan pandemi, serta sektor ekonomi. Adaptasi serta terobosan berbagai kebijakan telah dilakukan. Namun tak sesuai harapan bahkan cenderung melahirkan konflik.

Akhirnya, memancing kegusaran Presiden Jokowi, sidang kabinet di Istana Negara (2). Dalam tayangan video akun Youtube Sekretariat Presiden, Jokowi menyoroti kinerja menteri yang dinilai tidak memiliki sense of crisis serta lambatnya daya serap anggaran untuk kementerian. Hal ini, tentu saja akan mengganggu stabilitas sistem keuangan negara, kan?

Kukira, tak sesiapapun pernah membayangkan akan terjebak dalam situasi ini. Namun adu telunjuk dan keluh kesah, tak akan menjadi jalan keluar dari masalah, tah? Terus pertanyaannya,  apa yang mungkin bisa dilakukan untuk melalui kondisi ini?

Ilustrasi Rumah Gadang dan 4 Jenis Rangkiang (sumber gambar : https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:PDIKM_Padangpanjang.jpg)
Ilustrasi Rumah Gadang dan 4 Jenis Rangkiang (sumber gambar : https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:PDIKM_Padangpanjang.jpg)
Filosofi Rangkiang, Tradisi Menghadapi Krisis

Dengan luas wilayah serta keberagaman budaya, Bangsa Indonesia, memiliki banyak tradisi yang menjadi kearifan lokal. Salah satunya adalah keberadaan Rangkiang di Sumatera Barat. Filosofinya, mungkin bisa menjadi kajian dan membantu setiap orang melewati krisis ini.  

Rangkiang adalah sebutan lain lumbung yang kegunaannya untuk menyimpan hasil panen bagi anggota kaum (bagian terkecil kumpulan keluarga berdasarkan garis ibu). Berbentuk rumah kecil di sebelah Rumah Gadang.(3)

Simpanan itu digunakan untuk berbagai keperluan anggota kaum, termasuk sebagai persiapan menghadapi krisis akibat faktor alam atau faktor orang, termasuk seperti pandemi ini. Rangkiang memiliki nama, bentuk serta fungsi berbeda. Aku tulis, ya?

Pertama. Rangkiang Sitinjau Lauik.

Bentuknya kecil dengan atap bagonjong (lancip), ditopang 4 tiang penyangga. Hasil panen yang ada di sini, peruntukannya digunakan untuk membeli barang atau alat rumah tangga yang tidak dapat dibuat sendiri.

Kedua. Rangkiang Si Bayau-bayau.

Bentuknya seperti rangkiang pertama, namun lebih besar dan ditopang 6 tiang penyangga. Sesuai ukurannya, simpanan hasil panen di sini peruntukannya adalah untuk makan sehari-hari.

Ketiga. Rangkiang Sitangguang Lapa.

Bentuknya nyaris seperti Rangkiang sitinjau lauik, dengan 4 tiang penyangga. Peruntukannya hasil panen yang tersimpan, berfungsi sebagai cadangan jika gagal panen atau paceklik. Terkadang sebagai tempat peminjaman anggota kaum, dan dibayar saat panen.

Keempat. Rangkiang Kaciak.

Sesuai namanya, rangkiang kaciak bangunan terkecil, mirip pondok bertiang 4, namun atapnya tidak bergonjong. Hasil panen dari simpanan dalam rangkiang ini, adalah untuk menyimpan benih serta biaya untuk musim tanam berikutnya.

Tapi, di masa kini rangkiang jarang ditemui lagi, kan? Benar. Namun filosofi rangkiang dalam tradisi Minang belum hilang, kan?

Jika saat ini, hasil panen ditamsilkan dengan pendapatan keuangan individu atau keluarga. Maka keberadaan rangkiang, mengajarkan tata kelola pendapatan serta manajemen krisis secara komunal dan penggunaan pendapatan. Agar tak terjadi tak besar pasak daripada tiang.

Terlalu filosofis dan sukar diterapkan dalam kehidupan sehari hari?

ilustrasi saganggam bareh (sumber gambar : pixabay.com)
ilustrasi saganggam bareh (sumber gambar : pixabay.com)
Kisah "Saganggam Bareh", Simpanan menjadi Iuran Qurban

Aku ceritakan kebiasaan Ibuku, -kusapa Amak-  perempuan Minang berusia 78 tahun, yang hingga artikel ini dibuat masih memegang teguh ajaran "saganggam bareh". Dan hal ini diajarkan kepada semua anak-anak beliau.

Saganggam bareh, adalah kebiasaan yang dilakukan sebelum menanak nasi. Jadi, beras yang akan ditanak, sebelum dicuci, diambil dulu segenggaman. Kemudian disimpan pada tempat terpisah dari tempat beras semula diambil.

Jika sehari, dua kali menanak nasi. Maka hari itu akan tersimpan dua genggam beras. Cerita ibuku, kebiasaan itu membantu. Setidaknya untuk uang jajan aku dan saudaraku. Berasnya dijual? Tidak! Beras dari saganggam bareh dimasak, uang untuk membeli beras dijadikan uang jajan.

Setelah anak-anak beliau beranjak dewasa, tradisi saganggam bareh tetap dilakukan. Namun bukan lagi untuk uang jajan anaknya. Setiap bulan, dengan melakukan pola yang sama, uang untuk beli beras Beliau tabung, kemudian dijadikan uang setoran sebagai iuran peserta qurban.

Itu tradisi kuno! Sekarang zaman modern dengan kemajuan di semua lini kehidupan?

Li Ziqi, Sosok Millenial mempertahankan cara Tradisional (sumber gambar : https://today.line.me/)
Li Ziqi, Sosok Millenial mempertahankan cara Tradisional (sumber gambar : https://today.line.me/)
Li Ziqi, Sosok Millenial dengan Cara Hidup Tradisional

 Aku sajikan sosok millennial, wanita modern yang menerapkan hidup tradisional di desanya. Li Ziqi, lahir pada 6 Juli 1990 di Sichuan, China. Setelah kepergian ayahnya. Li Ziqi hidup dengan Kakek dan Neneknya. (4).

Li Ziqi dikenal sebagai Bloger dan Youtuber. Saat kutulis artikel ini, pelanggan (subscriber-nya) mencapai 11,1 juta pelanggan. Sila seluncur di youtube, maka akan terpana menyaksikan satu unggahan videonya, ditonton puluhan juta kali.

Apa keistimewaan Li Ziqi? Tradisi! Ia mengunggah video kesehariannya, Ada video memasak dengan cara tradisional, membuat pakaian dari bulu domba, membuat peralatan sederhana rumah tangga hingga bahan kecantikan Tiongkok kuno.

Sebagai salah satu pelanggan, aku menikmati sajian video Li Ziqi ketika memasak.  Semisal berbahan kacang kedelai. (diunggah 27/4/2020). Diawali dengan proses menanam hingga panen. Mulai dari sini, akan tersaji berbagai racikan olahan masakan Li Ziqi berbahan kedelai. Tak hanya biji namun juga daunnya yang dijadikan sayuran.

Tak selesai di situ, kacang kedelai yang kering, sebagian disimpan. Sebagian lagi dijadikan tepung. Ada yang difermentasi menjadi tempe hingga kecap! Tak hanya itu, mata penonton pun akan dimanjakan dengan peralatan sederhana serta pemandangan indah khas suasana pedesaan.

Kukutip dari Wikipedia. Saat dianugerahi People's Choice Award oleh surat kabar People's Daily pada September 2019, saluran televisi Tiongkok CCTV menyatakan "Tanpa sepatah kata pun memuji Tiongkok, Li mempromosikan budaya Tiongkok dengan cara yang baik dan menceritakan kisah Tiongkok dengan baik".

Penasaran? Aku sajikan videonya, ya?

Apa yang Bisa Dilakukan?

Cerdas berperilaku dalam hal tata kelola keuangan atau pendapatan merupakan tradisi yang sudah diwariskan turun-temurun. Filosofi Rangkiang, Saganggam Bareh, hingga cara Li Ziqi mempertahankan tradisi kuno Tiongkok. Setidaknya, ada beberapa hal yang bisa diadaptasi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama. Menahan diri dan membeli yang benar-benar dibutuhkan. Kedua. Menjamin alokasi kebutuhan harian. Ketiga. Menabung yang digunakan untuk kondisi darurat dan tak terduga, atau bisa juga melakukan investasi. Keempat. Ketersediaan biaya rutin kebutuhan individu atau rumah tangga semisal listrik, air atau BBM.

Kukira, 4 hal ini jika dilakukan banyak orang apatah lagi dilakukan secara masiv, sedikitnya akan membantu tugas Bank Indonesia menjaga stabilitas sistem keuangan negara.

Peran yang kecil?

Kukutip lagi ujaran KH. Abdullah Gymnastiar yang akrab disapa dengan Aa Gym. Lakukan saja 3 M. Pertama, Mulai dari yang terkecil. Kedua, Mulai dari diri sendiri. Ketiga. Mulai dari sekarang.

Curup, 30.06.2020

zaldychan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun