Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Sketsa FTV, Drakor, hingga Film Rumah Masa Depan (Sebuah Dialog Ayah dan Anak)

29 Juni 2020   21:42 Diperbarui: 29 Juni 2020   21:49 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dialog Ayah dan Anak dalam film interstellar 2014. film tentang kedekatan Ayah dan anak perempuan. (sumber gambar : https://keepo.me/)

Telah satu minggu berlalu sejak pertengkaran di sebuah Mall. Ari masih menyimpan  cemburu pada kekasihnya Lulu. Sejak  televisi swasta banyak menayangkan drama Korea, Ari merasa Lulu tak lagi ada waktu, untuk sekedar bertanya kabar. Namun, rasa rindu mengalahkan cemburu. Ari melihat raut terkejut di wajah Lulu, saat membukakan pintu.

Ari        : Hai! Apa kabar? (Tersenyum)

Lulu      : Kenapa datang? (Menampakkan wajah kesal)

Ari        : Gak boleh? (Terkejut, menatap wajah Lulu)

Lulu      : Kan kita udah putus? Kau yang bilang, kan? (Sambil menunjuk wajah Ari)

Ari        : (Bingung, sambil geleng kepala)

Lulu      : Pergi! (Berteriak, sambil membanting pintu)

Ari berbalik badan. Melangkah gontai menuju pintu pagar. Lulu bersandar di balik pintu. Menutup wajahnya, sambil menangis tersedu.

(Iklan!)

***

Sketsa di atas aku adaptasi dari salah satu tayangan FTV dengan perubahan nama peran, dan dialog. Tayangan itu, serius ditonton anak gadisku.

Kulihat anak gadisku menghela nafas panjang saat pariwara hadir. Tangannya meraih remot dan menukar chanel TV. Beberapa kali tukar, sambil melihat dan menyimak potongan-potongan tayangan. Kemudian balik lagi ke chanel semula.

"Kenapa tukar, Ni?"

"Kan, Iklan?"

"Kenapa cewek itu mengusir tamu?"

"Kan, cowoknya sudah bilang putus. Kenapa datang lagi? Akhirnya diusir!"

"Terus, kenapa ceweknya nangis? Kan dia yang ngusir?"

"Mungkin kesal, Yah! Atau..."

Kalimat anak gadisku terhenti. Matanya serius menatap layar televisi yang masih saja menayangkan pariwara.

"Kalau masih cinta, kenapa diusir? Terus kenapa membanting pintu? Salah pintu apa?"

"Terserah Ayah!"

Kubiarkan gadisku menikmati tontonannya. Agak lama, remot TV diajukan padaku. Sambil tersenyum, gadisku melirik laptop di hadapanku.

"Ayah mau nonton berita, kan? Uni pinjam laptop!"

"Drakor lagi?"

"Eh, Ayah jadi download The World of Married, yang terakhir? Uni belum nonton!"

"Lupa!"

Illustrasi Ayah dan Anak Perempuan dalam film Gangga (sumber gambar : https://media.iyaa.com/)
Illustrasi Ayah dan Anak Perempuan dalam film Gangga (sumber gambar : https://media.iyaa.com/)
Anak gadisku mengambil alih laptop. Tangannya lincah mencari dan membuka folder dengan huruf besar "FAVORIT UNI TYA". Berisi hasil penjelajahan di youtube. Baik diunduh sendiri, atau hasil pesanan kepadaku sebagai Ayah.

Isinya? Beberapa seri Drakor, Musik KPop khususnya BTS dan Blackpink. Tutorial hijab serta Foto pilihan dan beberapa ketikan dengan judul file "Puisi Uni". Folder dengan kapasitas tergemuk! Jika dibandingkan folder milik saudaranya yang lain.

Kukira, baru dua kali iklan berita. Anak gadisku mulai mendekat dengan gelagat "menguasai" remot lagi.

"Uni nonton TV lagi, Yah?"

"Lah?"

"Bosan! Coba tanyakan ke teman Ayah. Ada drakor yang bagus gak?"

"Ayah gak punya teman di Korea, Nak!"

Wujud kesal gadisku adalah, merenggut remot, sambil mencari tayangan yang diinginkan. Dalam teori parenting, ketika anak mengalami kebosanan, adalah waktu yang tepat untuk memberikan stimulus positif. Jadi aku coba terapkan teori itu.

"Waktu kecil dulu. Ayah punya sinetron favorit juga, Ni!"

"Bilang Ayah, dulu gak ada sinetron?"

"Gak tahu namanya. Pokoknya film bersambung. Satu minggu sekali!"

"Oh!"

"Judulnya, Rumah Masa Depan!"

"Ayah ngarang, kan? Pasti film tentang kuburan?"

Ali Shahab. Sutradara film Rumah Masa Depan. Disebut sebagai Pioner Tayangan Stripping Televisi di Indonesia. (sumber gambar : https://ceknricek.com/)
Ali Shahab. Sutradara film Rumah Masa Depan. Disebut sebagai Pioner Tayangan Stripping Televisi di Indonesia. (sumber gambar : https://ceknricek.com/)
Aih, begitulah. Karena komunikasiku dengan anak, acapkali diluar kredo percakapan layaknya orangtua dan anak. Maka, gadisku, acapkali melakukan proteksi diri, agar tak menjadi korban tipu-tipu ala ayahnya. Dan itu aku. Hihi..

Singkat cerita. Layaknya pengamat sekaligus manajer pemasaran, aku ceritakan sependekseingatku tentang film Rumah Masa Depan yang tayang di TVRI era 80-an. Film itu, hasil garapan Ali Shahab, yang disebut Pioner Tayangan Stripping di Indonesia.

Sebagai ayah, tentu saja aku mesti melakukan "kecurangan" dengan menampilkan kehebatan dua tokoh anak, dengan segala keterbatasan namun giat belajar. Bernama Bayu dan Gerhana (Nama itu, hasil penelusuranku di google saat menulis artikel ini).

Anak gadisku, akhirnya mematikan televisi, dan memilih mendengar cerita film Rumah Masa Depan. Karena tayangan itu, sekian puluh tahun, tentu saja kisahnya sudah bercampur karangan indah versiku. Di benakku, niatnya hanya ingin memberikan stimulus.  agar ada pilihan tontonan yang ramah anak dan keluarga.

Nah, karena kehabisan peluru ingatan. Melihat gadisku, masih serius menyimak. Maka aku alihkan dengan bahan cerita yang baru.

"Ada lagi, Ni! Film ACI!"

"Kartun?"

"Bukan! Aku Cinta Indonesia. Lebih keren dari sinetron sekarang."

"Besok, Ayah tolong download yang Rumah Masa Depan, ya?"

Nah! Itu pesanan terbaru gadisku, sambil berlalu meninggalkanku. Tak lama, azan mahrib terdengar dari pengeras suara di masjid.

Apakah rumusan teori parenting itu berhasil, ketika menghadirkan stimulus baru menghadapi rasa bosan anak? Aih, aku tak tahu! Setidaknya, di Hari Keluarga ini, aku sudah lakukan usaha itu, kan?

Hasil terkini bagiku adalah mencari pesanan anak gadisku. Hiks..

Curup, 29.06.2020
Zaldychan
[ditulis untuk Kompasiana untuk memperingati Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) setiap tanggal 29 Juni]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun