Pertanyaan Keenam. Kenapa Anda berfikir kekasihnya merantau?
Merantau tak hanya tradisi. Tapi adalah kegiatan yang memiliki beragam alasan. Mulai dari alasan melanjutkan pendidikan, memperbaiki nasib atau sekedar ingin mengganti suasana di kampung dengan suasana baru di tanah rantau. Kukira, kekasihnya merantau karena janji!
Pertanyaan Ketujuh. Karena janji?
Iya. Karena janji! Jika bukan karena janji, tak mungkin gadis itu betah menanti. Mungkin saja, kekasihnya, berjanji akan menikahi. Sehingga, kemudian bertekad merantau ke negeri orang, agar bisa mewujudkan janji.
Pertanyaan Kedelapan. Jika benjanji menikahi, kenapa tak segera pulang?
Dalam budaya merantau. Kata "pulang" dalam merantau itu, jika telah meraih keberhasilan. Semisal, jika tujuan merantaunya untuk sekolah atau kuliah, maka bukti berhasilnya adalah ijazah. Namun, kalau motifnya ekonomi, tentu ukurannya banyak uang.
Pertanyaan Kesembilan. Tapi, merantau itu tak mudah, kan?
Pasti! Selain lingkungan baru, juga akan bertemu dengan orang-orang baru serta budaya baru pula. Umumnya, tekad orang merantau, "pantang pulang sebelum padam! Eh, sebelum punya uang."
Di Minang, juga dikenal dengan ujar-ujar, "pado bansaik den bao pulang, rancak rantau den pajauh" artinya, daripada susah dibawa pulang ke kampong, lebih baik merantau lebih jauh lagi.
Pertanyaan Kesepuluh. Kalau susah begitu, tak akan pulang-pulang, kan?
Lah iya! Makanya lagu itu bertahan terus selama 29 tahun. Karena si Uda, belum pulang, kan? Kalau sudah pulang. Mungkin lagunya diubah sedikit, menjadi "Pailah Uda!"