Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bulkonah, Jurus Sederhana Menghindari "Presentasi Koran"

16 Juni 2020   22:29 Diperbarui: 20 Juni 2020   09:25 2729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Presentasi. | Sumber: pexels.com/PhotoMIX Company

"No more powerpoint!"

Kalimat ini dilontarkan Jeff Bezos, CEO Amazon, saat penyelenggaraan Annual Meeting pada awal tahun 2018. Akibatnya? Powerpoint bak mendapat kartu merah permanen, setiap kali ada kegiatan pertemuan eksekutif Amazon.

Tapi, kenapa powerpoint di-banned? Desas-desusnya, Jeff Bezos jengkel melihat paparan presentasi yang acapkali menggunakan powerpoint, dipenuhi dengan tulisan-tulisan panjang. Jadi, mirip-mirip membaca paragraf di koran. Hiks..

Kukira, CEO Amazon itu pasti mengerti. Kesalahan bukan pada powerpoint-nya. Tapi "selera" orang yang membuat presentasi, yang perlu diubah, tah? Namun, namanya Boss, terkadang ucapan adalah aturan, kan?

Ilustrasi presentasi. Kekuatan sebuah Presentasi itu pada poin inti atau gagasan besar (sumber gambar : pixabay.com)
Ilustrasi presentasi. Kekuatan sebuah Presentasi itu pada poin inti atau gagasan besar (sumber gambar : pixabay.com)
Powerpoint Itu, Power-nya pada Point, Bro!

Akupun beberapa kali, mengalami itu di berbagai tema acara yang menyajikan presentasi. Dan menemukan "Presentasi Koran" tersebut. Kejengkelan bertambah, ketika ruang terlalu terang, huruf yang dipilih kecil-kecil, dengan penataan warna "seadanya".

Sila cari di laman penelusuran. ketik kata kunci yang diinginkan terus berikan kode "ppt" diakhir kata kunci. Tak sampai hitungan detik, berbagai contoh presentasi akan muncul. Sila dibuka, dan akan banyak ditemukan jenis "Presentasi Koran".

Apatah lagi, jika bahan presentasi itu merupakan paket presentasi "orang pusat" semisal sosialisasi suatu peraturan. Maka, 3 hingga 5 halaman pertama akan berisi salinan peraturan yang dimaksud.

Coba bayangkan, jika kita berada dalam satu ruang tertutup, pukul satu siang, belum makan dan tanpa segelas kopi. Kemudian harus mendengarkan presentasi dari pembicara, yang ternyata membaca ulang lembaran presentasinya? Hiks...

Akupun sering merasa jengkel. Tapi tak berani protes, gegara pernah melakukan hal yang sama.

Belasan tahun lalu, aku pernah terlibat dalam kegiatan Child Disaster Awareness for School and Communities (CDASC), bekerja sama dengan Ausaid. Ketika itu, aku diminta membuat satu presentasi untuk sosialisasi bencana gempa bumi bagi siswa sekolah dasar.

Jadi, aku pun membuatnya ala orang kampung. Semisal definisi gempa adalah (blablala), Sebab-sebab gempa adalah (blablala), akibat gempa adalah (blablala). Itu, sesuai modul program yang telah disiapkan. Apa yang terjadi? Presentasi yang sudah selesai, diminta rombak sama si Bule!

"Ini powerpoint?"

"Lah? Untuk presentasi, kan?"

"Namanya powerpoint itu, powernya di-point, Bro! Bukan koran begini!"

Si Bule kemudian menjelaskan. Jika presentasi yang dituliskan itu, inti-intinya saja. Fungsi presenter, mempresentasikan agar lebih jelas. Kalau presenter hanya membaca slide presentasi, fotocopy-kan saja modul itu, atau sekalian saja putar film. Selesai!

Kukira, lebih dari setengah jam, aku diceramahi oleh si Bule, sambil menatap kertas yang penuh coretan tangannya. Perih? Iya! Tapi lebih perih lagi, sebab aku sulit memahami bahasa Indonesianya yang putus-putus. Akupun jadi tahu, kalau Bule jengkel, bahasa Inggris-nya lancar! Hihi...

Sejak itu, aku kapok! Jika diminta membuat presentasi, maka akan kubuat poin-poin dasarnya saja, sambil mencontoh presentasi-presentasi orang lain. Ternyata, jauh setelah masa itu aku tersadar. 

Ada jurus jitu presentasi sederhana yang sudah lama "hidup damai" di dunia presentasi. Namanya Bulkonah.

Ilustrasi menulis di papan tulis. Kegiatan Belajar Mengajar pun bisa menggunakan Bulkonah (sumber gambar : pixabay.com)
Ilustrasi menulis di papan tulis. Kegiatan Belajar Mengajar pun bisa menggunakan Bulkonah (sumber gambar : pixabay.com)
Bulkonah, Jurus Presentasi Sederhana

Bulkonah, adalah singkatan dari Bulat, Kotak, dan Tanda Panah. Tiga simbol ini, kerapkali digunakan oleh pembicara berkelas. Ditambah dengan penataan warna serta beberapa selipan animasi yang menarik buat audiens.

Dampaknya, peserta jadi lebih mudah memahami dan mengerti "alur presentasi". Terkadang, tanpa perlu menyimak paparan dari pembicara. Tak ada kerut di dahi peserta, atau kepala yang celingak-celinguk karena laman presentasi yang rumit dan hurufnya terlihat kecil-kecil.

Karena jika menggunakan bulkonah, memang berisikan "kata kunci" yang singkat, padat dan mudah diingat.

Tak hanya saat presentasi saja. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, ketimbang guru menulis di papan tulis panjang-panjang, memilih mendiktekan atau malah meminta siswa yang melakukan itu. Bisa juga menggunakan konsep bulkonah.

JIka alasannya tak punya alat untuk presentasi atau lagi di lapangan tak ada papan tulis?

Jurus bulkonah pun, masih bisa kita lakukan tanpa slide presentasi dan papan tulis. Mari kita coba simulasikan pemakaian bulkonah dalam sebuah narasi, ya?

"Anak-anak,siapkan satu kertas kosong. Silakan buat satu lingkaran besar di bagian atas kertas. Tulis di dalam lingkaran dengan huruf besar TUJUAN KE PASAR. Beri tanda panah ke bawah. Buat satu kotak, tulis BERDAGANG. Buat kotak kedua di sebelah kanannya, tulis BERBELANJA, tarik tanda panah seperti yang pertama. Tambahkan kotak ketiga di sebelah kiri, tulis CUCI MATA. Jangan lupa berikan tanda panah seperti sebelumnya."

Maka, yang akan tertulis di kertas siswa adalah, tujuan ke pasar (dalam lingkaran) ada tiga yaitu berdagang, berbelanja dan cuci mata (dalam kotak). Tuh, gampangkan?

Contoh Bulkonah (sumber gambar : https://www.druwo.com)
Contoh Bulkonah (sumber gambar : https://www.druwo.com)
Kenapa Menulis Bulkonah?

Ada dua alasan, kenapa aku menulis artikel ini. Pertama, masih sering menjumpai presentasi (Apapun aplikasinya, tak hanya powerpoint) masih akrab dan betah dengan konsep "Presentasi Koran".

Kedua, acapkali aku mendengar keluhan dari beberapa teman guru. Yang merasa jengkel, karena suara sudah habis berbicara sepanjang jam pelajaran, namun siswa masih saja sulit memahami pelajaran.

Juga menemukan beberapa guru muda, ketika mengajar masih menggunakan rumusan tahun 80-an CBSA atau Cara Belajar Siswa Aktif yang diplesetkan menjadi "Catat Buku sampai Abis"!

Dalam dunia pendidikan khususnya Pendidikan Calon Guru. Idealnya mengenal istilah "Media Pembelajaran". Namun, acapkali dipahami berbentuk "alat" yang dirasakan banyak guru padat modal atau berbiaya mahal.

Hematku, media pembelajaran adalah "cara" agar materi ajar yang dipaparkan, lebih mudah dipahami siswa. Iya, tah?

Gawatnya, terkadang ada juga yang "terjebak" dengan kecanggihan media pembelajaran. Sehingga terlalu asyik dengan "gaya" paparan. Namun terlupa, apa saja tujuan dari pembelajaran?

Bagiku, jurus Bulkonah menawarkan kesederhanaan dalam sebuah presentasi. Termasuk jika digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Curup, 16.06.2020

Zaldychan

[ditulis untuk Kompasiana]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun