Kedua. WA Grup Rekan Sekerja.
Idealnya, grup ini adalah untuk memudahkan komunikasi, koordinasi dan delegasi dalam hal menyelesaikan beban kerja, kan?
Suasana grup, biasanya sedikit formal, apalagi jika ternyata di dalam grup, salah satu anggota yang terdaftar adalah "The Big Boss".
Akan ada saja "upaya-upaya ajaib" yang ditunjukkan anggota grup. Ada saja anggota yang bersikap selalu siaga 1, yang ngeyelan, atau malah memilih diam sejak awal grup dibentuk. Lebih memilih menjadi penyimak sejati.
Tingkat keaktifan berdasarkan momentum. Bisa saja beberapa lama akan sepi, jika dianggap memang tak ada kepentingan. Yang aktif? Lebih didominasi oleh atasan. Walau merasa diawasi, Namun mobilitas keluar-masuk anggota bisa dikatakan jarang terjadi.
Ketiga. WA Grup Keluarga.
Tujuannya jelas. Merekat erat pertalian keluarga. Walau terkadang, "kehangatan" itu akan dirasakan ketika suasana liburan, atau seperti momen lebaran. Akan mengalir saling komentar, atau berbagi cerita atau foto keluarga.
Keceriaan grup, juga akan tiba-tiba berubah, ketika ada yang berbagi kabar duka. Namun bisa juga menjadi "tegang" saat semua anggota mengetahui, jika ada permasalahan dari salah satu anggota keluarga. Walau tak dibahas secara lugas di grup!
Jika pun ada "perselisihan", biasanya yang tertua atau yang dituakan akan bergerilya menjalin komunikasi sebagai penyambung lidah. Agar keutuhan keluarga apalagi ketika berkomunikasi di grup, tetap terjaga.
Pertalian darah, rasa hormat dan segan atau sungkan, membuat anggota grup jarang ada yang keluar-masuk. Keutuhan bersama menjadi kesepakatan dalam diam.