Anggaplah kita uji istilah The New Normal ini di aspek pendidikan. Kupilih menggunakan varian ketiga, Normal- Abnormal-New Normal
Pertama. Situasi Normal Pendidikan sebelum Pandemi Covid-19.
Sebelum wabah, kegiatan belajar mengajar seperti rutinitas yang selama ini dilakukan. Guru dan siswa ke sekolah, pusat kegiatan belajar di kelas, Tugas anak-anak berkurang, karena belajar dilakukan dengan tatap muka langsung.
Kegiatan evaluasi belajar, semisal ulangan harian, ujian tengah semester, ujian semester hingga hingga Ujian Nasonal sesuai dengan rancangan yang telah dijadualkan. Orangtua melakukan antar dan jemput anaknya ke sekolah tanpa ada keluhan berarti.
Kedua. Situasi Abnormal Pendidikan Saat Pandemi covid-19
Sekolah dan ruang-ruang kelas ditutup. Aktivitas dunia nyata berpindah ke dunia maya. Siswa dan guru melakukan kegiatan belajar mengajar via gawai di rumah. Tugas-tugas guru dan siswa bertumpuk.
Orangtua tak lagi sibuk antar dan jemput anak, namun berubah fungsi mesti menjadi "guru bantu", menyiapkan anggaran ekstra buat membeli kuota internet, berbonus keluhan ini dan itu.Â
Namun semua orang memahami, jika hal itu mesti dilakukan untuk keselamatan. Menghindar sekaligus memutus rantai sebaran virus mematikan.
Ketiga. Asumsi New Normal Pendidikan
Aktivitas di sekolah dikembalikan seperti semula seperti sebelum pademi. Namun berdamai dengan virus.
Aku bayangkan, sebelum kebijakan itu diambil, semua sekolah sudah tersedia tempat cuci tangan, sabun dan air yang cukup. Interaksi antar warga sekolah diatur sedemikian rupa, semua menggunakan masker, serta harus tetap menjaga jarak 1-2 meter antar personal. Tak ada sentuhan langsung antar mereka.