Maka. Keadaanya normalnya adalah, jika tak lagi ada demonstrasi, barang di pasar tersedia dengan harga stabil, serta interaksi sosial harmonis, tah? Terus? Membandingkan untuk keadaan The New Normal-nya bagaimana?
Kedua. Normal-Abnormal-New Normal
Jika menggunakan varian indikator yang persis sama seperti tertulis pada poin pertama. Tinggal dibalik, kan? Dari situasi aman, damai dan terkendali sebagai keadaan yang Nomal, maka idealnya, yang Abnormal adalah jika situasi di luar kendali, tak ada kata damai juga rasa aman.
Ketika keadaan Abnormal bisa "dihapus", apatah hal itu disebut The New Normal?
Ketiga. Normal-Abnormal-New Normal.
Ini bisa dicontohkan, jika awalnya situasi tanpa demonstrasi, barang tersedia, terus hidup harmonis dalam interaksi sosial. Kemudian berubah menjadi situasi dan kondisi yang kacau serta jauh dari aman dan nyaman.
Terus New Normal-nya? Bukankah harusnya, perubahan dari normal ke tahap abnormal kemudian kembali normal?
Akan ada perdebatan, ya? Aih, itu jika menyigi secara asal tentang istilah Normal, Abnormal dan New Normal, sambil mencoba mencari tamsilannya menurut kelirumologiku.
Tadi sore, aku membaca di linimasa seorang teman di facebook, yang mempertanyakan, kenapa pakai istilah New Normal? Yang maknanya susah dikunyah oleh orang kampung sepertiku? Adakah istilah yang lebih "membumi", agar tak keliru memahami?
Terus bagaimana memahami, bahwa yang dimaksud istilah New Normal itu sebagai "Pola Hidup Baru" yang beradaptasi dari dampak pandemi covid-19?