Bersih pangkal sehat. Ini adalah peribahasa yang masih melekat di ingatanku, sejak sekolah dasar. Karena kerapkali kubaca kalimat itu tertulis dengan huruf besar di dinding sekolah, dinding kelas, juga di wc siswa.
Kadangkala, oleh guru, ditugaskan secara berkelompok membuat peribahasa itu, di atas kertas karton, ditulis seindah mungkin, diwarnai serta diberi bingkai dari bilah bambu. Ada kebanggaan jika hasi karya itu ditempel di ruang kelas atau lingkungan sekolah. Ada yang pernah?
Begitu pentingnya bersih itu menjadi ukuran kesehatan? Organisasi kesehatan dunia (Who), menyatakan kesehatan adalah keadaan yang sempurna secara fisik, mental, sosial dan spiritual.
Jika menurut UU Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Diterjemahkan kesehatan itu adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup prodiktif secara sosial dan ekonomi.
Umat muslim juga dianjurkan untuk menjaga kebersihan. Dalam satu hadits Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan Ahmad dinyatakan "kebersihan itu sebagian dari Iman". Makna kata Nazhifah selain kebersihan juga dimaknai dengan kata "bersuci"
Sehingga, kebersihan dengan makna bersuci, memiliki hubungan langsung dengan kata Idul Fitri (kembali suci), tah?
Kemudian tersisa pertanyaan. Bagaimana mau kembali suci, jika tidak bersuci? Sama juga dengan pertanyaan bagaimana mau bersih, jika tidak melakukan dan menjaga kebersihan?
Berpijak dari makna kebersihan ( bersuci) di bulan ramadan, agar berwujud kesehatan jiwa dan raga serta sosial saat idul fitri nanti, aku tulis menjadi beberapa tahapan.
Pertama, Bersih Diri.