Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Film "Sokola Rimba", Cara Cinta Menentang Ketidakjujuran dan Keadilan

9 Mei 2020   17:39 Diperbarui: 9 Mei 2020   17:45 1285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prisia Nasution, | sumber: milesfilms.net

"Bu Guru, mengapa mesin gergaji itu memotong pohon kayu?"
"Mungkin orang itu butuh kayu?"
"Kita potong kayu dengan parang, hanya ambil secukupnya."
"Kalau kita pintar, kita bisa tolak mereka ambil kayu kita."

Dialog ini acapkali dikutip dalam film "Sokola Rimba". Diangkat dari buku catatan perjalanan Saur Marlina "Butet" Manurung, yang mengajar anak-anak rimba di hutan Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi. Dirilis pada Nopember 2013. Lama, ya?

Duet maut Riri Riza dan Mira Lesmana menjadi lokomotifnya sebagai Sutradara dan Produser.  Sebelumnya, duo ini sukses mengangkat film dari buku. Semisal Gie (2005) dari buku Catatan Seorang Demonstran karya So Hok Gie (1983), serta Laskar Pelangi (2008) dan Sang Pemimpi (2009) dari novel Andrea Hirata.

Siapakah yang memerankan Saur Marlina "Butet" Manurung? Artis cantik Prisia Nasution, akan menyejukkan mata dalam film berdurasi 90 menit tersebut. Ahaay...

Bu Guru Butet yang Asli di tengah anak rimba muridnya (sumber gambar: liputan6.com/ dokumentasi. sokola rimba)
Bu Guru Butet yang Asli di tengah anak rimba muridnya (sumber gambar: liputan6.com/ dokumentasi. sokola rimba)
Terus bagaimana kisah "Sokola Rimba"?

Jika berbincang pendidikan di pelosok Indonesia, acapkali terbayang anak kecil berjalan kaki. Menyusuri kaki bukit dengan sepatu di tangan. Atau bertukar baju, sesaat setelah menyeberangi sungai. Belum lagi, beberapa yang musti berperahu atau meniti jembatan yang nyaris putus. Pernah lihat, kan?

Namun pada potret itu, anak-anak masih terlihat menggunakan seragam, menemui guru dan ada ruangan sederhana yang diterjemahkan sebagai sekolah sekaligus kelas.

Nah, bisa dibayangkan bagaimana sokola rimba? Sekolah hanya berbentuk pondok tanpa dinding, bisa dipindah kapan saja, tak perlu seragam, tanpa ada jadual pelajaran apatah lagi ujian?

Film ini menceritakan, bagaimana butet (Prisia Nasution), setelah selesai kuliah, kemudian bekerja sebagai fasilitator pendidikan alternatif bagi suku asli Orang Rimba, Jambi.

Seiring berjalan waktu, Butet ternyata tak hanya mengajar membaca dan menulis, namun 'terhanyut" lebih dalam terhadap permasalahan yang dialami orang rimba.

Seperti dialog di awal tulisan, hal itu menjadi pengantar. Saat salah satu murid bernama Bungo meminta Butet membaca kertas perjanjian yang di cap jempol ayahnya sebagai tetua adat dengan "orang terang" (sebutan untuk bukan orang rimba).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun