"Fastabiqul Khayrat! Berlomba-lombalah dalam kebaikan!"
Kalimat ini, tertulis dalam dua ayat pada dua surat berbeda di dalam Alqur'an. Yaitu Surat Al Baqarah ayat 148 dan surat Al Maidah ayat 48.
Ada berbagai jalan kebaikan yang termaktub di dalam alqur'an. Juga yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Sedekah, adalah salah satu dari jalan kebaikan itu.
Sedekah Rasulullah dan Perlombaan Umar bin Khattab dengan Abu Bakar Sidiq
Dikisahkan oleh Umar bin Khattab. Suatu hari, seorang lelaki datang menemui Rasulullah SAW untuk meminta-minta, lalu Rasulullah memberinya. Kesesokan harinya, lelaki itu kembali mendatangi Rasulullah. Dan, kembali Rasulullah memberinya.
Pada hari ketiga, lelaki itu kembali mendatangi Rasulullah untuk meminta-minta. Akhirnya Rasulullah bersabda, "Saya tidak mempunyai apa-apa hari ini. akan tetapi, ambillah yang engkau mau. Dan, jadikanlah itu utang bagiku. Â Jika sutu saat saya mempunyai sesuatu, saya akan membayarnya."
Banyak kisah kepribadian mulia Rasulullah berkaitan dengan sedekah. Dalam suatu riwayat, Sahabat menyatakan, "Rasulullah tidak pernah menyatakan "tidak" manakala beliau diminta". (HR. Bukhari).
Rasulullah, tak hanya nabi dan pemimpin ummat. Namun juga menjadi teladan dengan perbuatan yang membuat lingkaran disekitarnya melakukan hal yang sama. Lingkaran itu kusebut lingkaran kebaikan.
Ada lagi kisah luarbiasa berkenaan dengan sedekah. Saat itu menjelang perang Tabuk. Umat islam butuh biaya untuk berperang. Saat itu, Rasulullah member anjuran kepada para untuk bersedekah secara khusus, sesuai kemampuan masing-masing.
Umar bin Khattab tahu, Abu bakar siddiq dikenal dengan kedermawanannya. Mak umar berusahan mengalahkan kedermawanan itu. Sesampai di rumah, Umar membagi dua kekayaannya. Separuh untuk di rumah, sisanya diserahkan ke Rasullah.
Rasulullah bertanya kepada Umar, " wahai Umar, adakah yang kamu tinggalkan buat keluargamu?" Umar menjawab, "ada, ya Rasulullah."
Nabi pun bertanya lagi, "Apa yang kamu tinggalkan?" Umar menjawab, "Saya tinggalkan untuk mereka, setengah dari harta saya."
Tak lama kemudian, Umar melihat Abu bakar menyerahkan hartanya untuk sedekah. Rasulullah pun bertanya kepada Abu Bakar, "Wahai Abu Bakar, apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu?"
Abu bakar menjawab, "Saya tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya!"Mendengar jawaban Abu Bakar. Umar pun berucap, "Saya tidak akan pernah dapat mengalahkan Abu Bakar!"
Ajang "perlombaan" antara khalifah pertama dan kedua dalam sejarah Islam, memberikan makna mendalam, bagaimana totalitas pengorbanan dan dan perjuangan dengan harta dari orang-orang terdahulu.
Akupun mengingat satu event di Kompasiana beberapa bulan lalu. Event menulis untuk merayakan Ulang Tahun Kompasianer yang bermukim di Amerika, Mbak Widz Stoops. Namun Tidak melakukan "traktiran" sebagaimana jamaknya orang merayakan peringatan hari lahirnya.
Mbak Widz mengajak Kompasianer untuk menulis tentang sosok istimewa di sekitarnya. Kemudian "traktiran" itu diberikan melalui penulis untuk diserahkan kepada sosok isimewa tersebut. Bagiku, ini adalah cara istimewa untuk merayakan hari istimewa seseorang.
Akupun membaca beberapa artikel teman-teman yang ikut Event tersebut. Menuliskan kebahagiaan, saat bisa membantu menyerahkan traktiran Mbak Widz  kepada orang orang yang layak melalui tulisan. Luarbiasa, kan?
Bulan Ramadan, adalah bulan istimewa. Ketika semua amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya. Termasuk bersedekah. Hingga banyak orang berlomba melakukan kebaikan sesuai kemampuan masing-masing.
Hal itu pun dilakukan teman-teman di kampungku. melalui MDMC Rejang Lebong, Mengajak orang berbagi harta dengan menghimpun dana, untuk kemudian dibelikan masker serta sembako untuk dibagikan kepada orang---orang yang berhak.
Apatah lagi, sehari sebelum Ramadan. 10 desa di kampungku terkena dampak banjir., yang menghancurkan puluhan rumah, serta kepala keluarga musti berjuang memulai Ramadan dengan membersihkan rumah dan kehilangan barang-batang yang hanyut oleh deras arus sungai.
Kegiatan berbagi ini, tak hanya dilakukan di saat pandemic covid-19 seperti sekarang ini. namun sudah menjadi kegiatan rutin setiap bulan Ramadan. Dan, semangat kebersamaan itu semakin berlipatganda di saat pandemi ini.
Bahkan, sedekah tak harus berbentuk harta benda. Dalam satu hadits, Rasulullah pun menyatakan, senyuman juga sedekah.
"Senyummu di depan saudaramu, adalah sedekah bagimu!" [HR. Tirmidzi]
Melalui satu tulisan, Mbak Widz Stoops menuliskan makna lingkaran kebaikan. Ketika suatu kebaikan yang dilakukan seseorang, akan kembali kepadanya.
Bagiku, Semakin banyak lingkaran kebaikan yang dihadirkan, apakah melalui sedekah atau bentuk-bentuk filantropi lainnya, adalah esensi sesungguhnya dari "Connecting Happiness". Ketika menghadirkan lingkaran kebahagiaan bagi pemberi maupun penerima.
Demikianlah.
Mari berfastabiqul khayrat, semampu kita.
Sepakat? Hayuk salaman!
Curup, 08.05.2020
[ditulis untuk Kompasiana]
Taman Baca :
Kisah Perlombaan Sedekah Umar bin Khattab dan Abu Bakar
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI