Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Silaturahmi Ketika Teleworking? Jadikan Aja Komunikasi sebagai Ajang Rekreasi!

1 Mei 2020   21:17 Diperbarui: 1 Mei 2020   21:32 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan ada Warga Negara Indonesia  yang positif terjangkit covid-19 pada awal Maret lalu. Gubernur DKI Jakarta mencetuskan ide teleworking atau bekerja jarak jauh. Sebagai bentuk antisipasi penularan virus tersebut.

Ide ini, sejalan dengan rekomendasi badan kesehatan dunia (WHO) sebagai imbauan pencegahan corona di lingkungan kerja. Yang kemudian dikenal dengan istilah work from home.

Kemudian hadir kebijakan berikut, seperti belajar di rumah, pembatasan kontak fisik serta pembatasan interaksi sosial. Reaksi pro dan kontra yang terjadi di awal perlahan meredup. Ketika penularan dan penyebaran virus ini semakin meluas dan cepat.

Awalnya, disambut baik. Karena di maknai "liburan". Tak harus ke kantor dan datang tepat waktu, kerjanya bisa santai di rumah. Setiap hari berkumpul dengan keluarga. Tapi, akhirnya tak seindah itu. Hiks...

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Gagap dan Telat Adaptasi Ketika Harus Teleworking

Jadi, sebelum menulis tema samber 2020 hari ke-5 tentang silaturahmi antar rekan kerja tak putus walau tak jumpa. Aku tuliskan warna-warni situasi bekerjanya dulu, ya? Hihi...

"Lihat di grup! Juga udah aku japri"

"Check email!"

"Draft udah dikirim versi pdf di Google drive!"

Juga mengalami seperti pesan di atas? Begitulah, perubahan secara tiba-tiba itu, menciptakan kesulitan beradaptasi juga kepanikan menyigi teknologi. Tapi beban tugas serta kewajiban, musti tetap dilakukan, tah?

Ditambah lagi dengan beberapa kebijakan dan keputusan "ajaib" pimpinan, terkadang membuat dahi berkerut. Namun harus tetap dilaksanakan!

Secara teoritis, konsep teleworking mampu menghemat waktu, tenaga juga biaya. Tekanan psikologis lebih rendah, karena merasa tak lagi diawasi oleh atasan. Tak lagi mendengarkan teguran panas atau melihat tatapan ganas pimpinan. Iya, kan?

Namun bekerja dengan situasi "di luar kebiasaan", juga memunculkan tekanan lain. Acapkali keteteran dalam pengelolaan waktu serta target pekerjaan sering molor sekian hari. Hiks lagi...

Nyaris dua bulan, sejak diberlakukan teleworking ini. WA grup yang berkaitan dengan pekerjaan telah bertambah. Setiap item tugas yang berlainan target dan anggotanya, akan membuat grup khusus untuk memudahkan.

Itu, belum lagi pemberitahuan di ponsel ada email yang masuk, serta pesan singkat dan telepon yang harus dibalas dan dijawab. Biasanya, pikiran untuk bekerja 8 jam sehari, akhirnya menjadi 24 jam!

Kok bisa? Karena ada grup yang aktif pagi, ada yang siang, ada yang malam. Nah, dahsyatnya di bulan Ramadan. Saat berbuka atau di waktu sahur, akan ada juga pesan yang berkaitan dengan pekerjaan. Ciaaaat!

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Pemanfaatan Teknologi Jadi Pilihan, kan?

Pemanfaatan kemajuan teknologi, menjadi pilihan terbaik untuk menghadapi situasi saat ini, kan? Yang jamak dilakukan adalah melalui WA grup.

Berbeda dengan jika bertemu langsung. Segala kendala akan sedikit berkurang, termasuk meminimalisir miskomunikasi. Nah, kalau di grup, segala kemungkinan akan terjadi. Aku paparkan aja, ya?

Pertama. Ada yang sering menulis pesan dengan huruf yang tak utuh atau salah ketik. Ada juga yang tak teliti membaca hingga menciptakan pengertian berbeda, atau ada yang susah menuliskan idenya. Jadi terkadang berwujud pesan panjang kali lebar! Hihi...

Kedua. Ada juga anggota grup yang lupa dengan judul grup! Semisal grup khusus tentang kegiatan A. Namun isi chat tak melulu tentang pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan A tersebut. Pembahasan grup mengarah ke utara, dia berjalan santai mengajak pembahasan grup ke arah selatan.

Ketiga. Ada saja ulah anggota yang nyeleneh. Lagi serius diskusi online, tetiba mucul emoji yang mengundang tawa dan komentar aneka ragam. Sesaat, keseriusan diskusi menjadi bubar jalan!

Keempat. Ada juga rekan yang punya hobi berbagi. Entah foto, video, link berita atau tausiyah yang dianggap inspiratif dan bermanfaat. Mungkin dianggap sebagai ice breaking, ya? Terkadang ada yang marah dan ungkapkan kejengkelan, akhirnya dihapus. Namun ada juga melakukan pembiaran sebagai pemakluman.

Kelima. Ada juga anggota yang tak pernah terlibat dalam interaksi di dalam grup, tapi luarbiasa aktif bergerilya dengan melakukan pesan melalui jalur pribadi (japri). Tuh, kan?

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com

Kukira, ini adalah "seni terbarukan" dalam kajian inteaksi sosial non tatap muka, tah? Bisa jadi, beragam polah dan tingkah laku rekan kerja yang dilakukan seperti di atas, tak akan ditemukan saat bekerja secara tatap muka. Ahaay...

Jadi? Memaklumi dan memahami adalah pilihan terbaik, kan? Anggap saja sebagai obat penenang agar tak stress memikirkan situasi serta beban kerja, yang harus dituntaskan. sekaligus sebagai ajang rekreasi dan silaturahmi. Sambil bersama memanggul jargon "tak ada dusta di antara kita!" Aduhaaaay...

Demikianlah, sepakat, kan?

Selalu sehat dan bahagia, ya?

Namaste!

Curup, 01.05.2020

Zaldychan

[Ditulis untuk Kompasiana]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun