Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ingat Turki? Negara Eropa Bercitarasa Asia juga Mbak Muthi!

30 April 2020   03:00 Diperbarui: 30 April 2020   03:32 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku lupa tanggal persisnya, ketika malam itu satu pesan di WAG Kompasianer Berbalas, kubaca dari Mbak Muthiah Alhasany berjudul "Ikuti, Give Away 10 Tahun Saya di Kompasiana!"

Aku terkejut membaca angka 10 itu. Naluri intel melayu yang kumiliki tersentak. Hasrat kepo ala klendestein kulakukan. Beliau bergabung di Kompasiana sejak 01 Mei 2010 dan 1.400-an artikel. Sedangkan Kompasiana berdiri 01 September 2008 dan diluncurkan 22 Oktober 2008!

Jika ditamsilkan pada sejarah Islam, maka Mbak Muthi (kusapa begitu) termasuk golongan assabiqul awwalun. Yaitu, golongan pertama yang menerima kenabian Muhammad SAW. Menjadi malu, ketika mencoba melakukan perbandingan denganku yang masih seumur jagung di Kompasiana. Hiks...

Aku mengenal Mbak Muthi dari tulisan beliau di kanal politik juga di kanal fiksi. Namun, artikel di dominasi informasi situasi dan kondisi Turki, sebagaimana tertulis di laman profil beliau yang bikin keder, Pengamat Politik Turki dan Timur Tengah.

Jadi, dengan segala hormat, dan dengan niat ikut merayakan perjalanan 10 tahun punggawa Clickompasiana ini. Aku tulis artikel ini. Gak tahu sesuai tema atau tidak. Karena Mbak Muthi menjadi keyword untuk Turki bagiku.

Jika ingat Turki, aku jadi ingat sebagai salah satu Negara Transkontinental karena berada di benua asia dan eropa, sejarah kekaisaran Ottoman juga sepakbola! Haha..

Illustrasi Mustafa Kemal Pasya (tengan) Pendiri Negara Turki (sumber gambar : https://www.wallpaperbetter.com/)
Illustrasi Mustafa Kemal Pasya (tengan) Pendiri Negara Turki (sumber gambar : https://www.wallpaperbetter.com/)
Awal Mengenal Nama Turki.

Aku mengenal kata Turki, dari pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) saat sekolah dulu. Beberapa kata kunci, yang aku ingat adalah Pertempuran Kesultanan Saljuk melawan kekaisaran Bizantium, hingga keruntuhan kekaisaran Ustmani saat Perang Dunia I.

Dalam sejarah perang dunia, ada nama Mustafa Kemal Pasya yang diberi gelar Attaturk (Bapak Pendiri Turki) sebagai presiden pertama Turki.

Namun, kisah heroik keberanian Kemal Pasya melawan pendudukan militer Inggris, serta kemenangan Jepang di tahun 1905 atas Rusia, dalam pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah dan Perjuangan Bangsa), menjadi inspirasi tokoh pergerakan di Indonesia yang masih dijajah Belanda.

Digawangi oleh Wahidin Soedirahoesodo., bahwa orang Asia bisa "menaklukkan" bangsa Eropa. Melalui Boedi Oetomo, peristiwa sejarah itu dikenal dengan "Kebangkitan Nasional" yang terjadi pada tanggal 20 Mei 1908. 

Hanya itu saja pelajaran sejarah tentang Turki yang aku ingat. Hiks..

Illustrasi Hakan Sukur (paling kiri) Legenda sepakbola Turki dan Pencetak gol tercepat di Piala Dunia 2002 Korea Jepang (sumber gambar : https://sport.detik.com/)
Illustrasi Hakan Sukur (paling kiri) Legenda sepakbola Turki dan Pencetak gol tercepat di Piala Dunia 2002 Korea Jepang (sumber gambar : https://sport.detik.com/)
Timnas Turki : Eropa Bercitarasa Asia di Piala Dunia 2002

Namun, jika tentang sepakbola. aku banyak mengingat Turki. Mulai dari Hakan Sukur (legenda sepakbola Turki), Rustu Recber sosok penjaga gawang yang sangar dan gondrong. Nihat Kahveci yang berduet maut dengan Darko Kovacevic di Real Sociedad, anggota liga primera Spanyol.

Karena pernah maniac game Championship Manager dan Football Manager, aku cukup akrab dengan nama-nama seperti bek tangguh Alpay Ozalan dan pemilik nomor sepuluh Mustafa izzet, Yildiray Basturk, Arda Turan, hingga duo bersaudara, Halil dan Hamid Altintop. Termasuk persaingan trio Klub Galatasary, Fenerbache dan Besiktas. Hihi...

Namun, sesungguhnya. Aku masih mengingat aksi heroik Timnas Turki pada Piala Dunia 2002. Piala dunia pertama yang yang dilangsungkan di benua Asia sekaligus tuan rumah bersama pertama Korea dan Jepang. Tapi, izin aku intip lagi di Wikipedia.org, alur turnamennya, ya?

Tergabung di grup C bersama Brasil, Kosta Rika dan Tiongkok. Turki mengawali turnamen dengan kekalahan 1-2 dari Brasil. Namun mampu menjadi Runer-up Grup. Babak berikutnya, Hakan Sukur dan kawan-kawan musti berhadapan dengan tuan rumah Jepang, dan berhasil dikalahkan dengan skor tipis 1-0!

Kemenangan dengan angka identik 1-0 juga dilalui di babak perempat kala berhadapan dengan Senegal sebagai wakil benua Afrika. Namun kekalahan dengan angka 0-1 musti dialami, saat kembali berhadapan dengan Brasil bersama Ronaldo di semifinal.

Pada perebutan tempat ketiga, Turki  sekali lagi mengalahkan tuan rumah. Kali ini, Korea Selatan dengan skor akhir 3-2. Satu gol yang dicetak oleh Hakan Sukur, dinobatkan sebagai salah satu gol tercepat dalam perhelatan piala dunia sepanjang masa. Yaitu 10,8 detik setelah kickoff.

Pada beberapa media yang kubaca kala itu, ketika Turki meraih peringkat ketiga, pada saat ajang akbar sepakbola tersebut dilaksanakan pertama kali di benua asia. Orang-orang asia, banyak yang ikut bangga. Walau Turki mewakili konfederasi benua Eropa namun memiliki cita rasa asia.

Alasan logisnya? Karena negara yang sekarang dipimpin oleh Presiden Recep Tayyib Erdogan tersebut, sebagian wilayahnya berada di benua Asia.

Mbak Muthi (Paling Kanan),telah 10 tahun di Kompasiana (sumber gambar : https://www.kompasiana.com/empuratu)
Mbak Muthi (Paling Kanan),telah 10 tahun di Kompasiana (sumber gambar : https://www.kompasiana.com/empuratu)
Terus?

Apa kaitan dua kisah heroik di atas  dengan perayaan 10 tahun Mbak Muthi di Kompasiana?

Bagiku, bertahan dengan durasi waktu selama 10 tahun, dengan dinamika yang terjadi. Baik secara pribadi Mbak Muthi menghadap situasi dan kondisi, semisal tentang kerja atau keluarga. Serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan kebijakan dan pembaharuan sistem yang terjadi di Blog Bersama ini, pasti luar biasa, tah?

Aku musti belajar banyak dari beliau. Termasuk dengan Mamanda Tjiptadinata Effendi, Pak Katedrarajawen serta Pak Rustian Ansori. Serta beberapa Kompasianer yang menjadi panutanku.  

Harapanku? Selain kesehatan, juga berharap Mbak Muthi terus berkarya di Kompasiana.

Selamat merayakan 10 tahun di Kompasiana, Mbak! Beginilah caraku merayakannya. Semoga berkenan. Hihi..

Salam hormat dan salam hangat dariku!

Namaste!

Curup, 29. 04.2020

Zaldychan

[ditulis untuk Kompasiana]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun