Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Harapan Ramadan? Belajar dari Hari Kemarin, Jalani Hari Ini, dan Siapkan Diri buat Hari Esok!

27 April 2020   14:33 Diperbarui: 27 April 2020   14:30 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustratrated by pixabay.com

Tak seorang pun pernah membayangkan, akan menemui suasana Ramadan seperti tahun ini. ketika wabah covid-19 menjadi pembeda. Dan meluluhlantakkan pengalaman dan kenangan indah ramadan tahun-tahun yang pernah berlalu.

Tanyakan saja kepada sanak saudara atau tetangga yang tahun kemarin menderita sakit, ibu yang hamil atau baru saja melahirkan. Dalam tuntunan agama, mereka adalah golongan yang boleh mengganti dengan hari lain atau membayar fidiyah.

Sila tanya juga kepada perempuan mengganti puasa Ramadan karena istihadah (haid) atau orang-orang yang musti bolong puasana karena haris melakukan perjalanan jauh, hingga tak berpuasa.

Walau menjalankan cara puasa yang persis sama dengan durasi waktu yang sama. Jawabannya juga akan sama, suasananya pasti berbeda!

Biasanya, menjelang Ramadan adalah saat-saat yang penuh dengan beragam harap. Namun kali ini, harapan itu nyaris seragam. Agar Pandemi corona segera berakhir. Kukira, saat ini, tak lagi ada harapan terbesar selain itu, kan?

illustrasi. Romadan tak hanya dimaknai sebagai bulan ibadah dan penuh rahmat ampunan. namun juga waktu buat rerfelksi dan evaluasi serta resolusi diri (sumber gambar :pixabay.com)
illustrasi. Romadan tak hanya dimaknai sebagai bulan ibadah dan penuh rahmat ampunan. namun juga waktu buat rerfelksi dan evaluasi serta resolusi diri (sumber gambar :pixabay.com)
Nah, terus apa harapan pribadiku? Aku sepakat pada satu ujaran yang pernah kubaca. Tak terlalu ingat detailnya, namun aku tulis saja seingatku, ya?

“Harapan adalah berkah spiritual yang luar biasa dari Tuhan, ang diberikan kepada kita untuk mengontrol rasa takut. Bukan untuk mengusir rasa takut itu.”

Berpijak dari itu, kutuliskan harapan-harapan pribadiku dalam Ramadan kali ini.

Pertama. Belajar tentang hari kemarin

Tak hanya kalender masehi dengan pergantian tahun. Bagi sebagian orang, Ramadan adalah ajang refleksi, evaluasi dan resolusi diri. Tanpa disadarai, bulan Ramadan menjadi pintu gerbang, kembalinya rute perjalanan tahun sebelumnya, mungkin dengan beberapa pertanyaan sederhana.

Berapa hari kita batal puasa? Apa kejadian yang paling seru atau paling menyedihkan? Jika tahun lalu bisa mudik, bagaimana dengan lebaran kali ini? berapa banyak anggota keluarga atau tetangga yang telah lebih dahulu pergi, dan tahun ini tak akan bertemu lagi?

Atau mencari tahu, bagaimana dengan teman seperjuangan baik satu sekolah, saat kuliah atau satu pekerjaan? Masihkah dengan kondisi yang sama seperti tahun lalu? Atau adakah anggota keluarga yang baru dilahirkan dan sudahkah bertemu mereka?

Bagiku, rangkaian pertanyaan ini, membantuku menghubungkan titik-titik peristiwa kehidupan yang aku alami setahun terakhir. Menjadi ajang refleksi dan evaluasi spiritual diri. Apa yang telah kulakukan, dan apa saja yang belum mampu aku kerjakan.

Kedua. Tegar menjalani hidup pada hari ini.

Setiap suatu kejadian, pasti ada hikmah, kan? Namun tak hanya hikmah, namun juga nilai-nilai sebagai pembelajaran diri dengan mengulang, menyigi dan mengambil hikmah dari hal-hal yang telah berlalu.

Jika itu dlakukan, biasanya akan membantu setiap keputusan, tindakan atau perbuatan yang akan dilakukan pada hari ini. Tak kan ada hari kemarin, jika tak ada hari ini. pun tak ka nada hari esok, jika tak mampu melewati hari ini, tah?

Aku pun begitu. Ramadah kali ini, aku menjalani apa yang musti aku lakukan. Baik untuk diri pribadi atau untuk orang-orang di sekitarku. Kekadang jadi berfikir, percum jug mengeluh, toh tak akan mengubah keadaan. Kecuali kita mengubahnya! So? Show must go on, kan?

Ketiga. Bisa mempersiapkan hari esok.

Ada ungkapan bijak orang dulu yang biasanya ditanamkan pada anak-anaknya.

“Berusahalah untuk duniamu, seakan-akan kamu hidup selamanya. Namuk kerjakanlah untuk akhiratmu, seakan kamu mati besok!”

Aku tak bisa seperti ahli ibadah yang sebulan penuh menyiapkan perjalanan rohani dan spiritualnya. Pun bukan pengusaha yang mampu menyimpan banyyak harta untuk kubagikan sebagai harta warisan atau membuat yayasan.

Ramadan kali ini, aku hanya mencoba menyiapkan diri lebih baik lagi, agar bisa menghadapi kehidupan hari esok, semampu dan semampusku.

Ilustratrated by pixabay.com
Ilustratrated by pixabay.com
Jadi…

Begitulah cara aku memandang juga harapanku pada Ramadan tahun 2020. Sebagai ajang untuk menempa diri. Belajar dari hari kemarin, kuat menjalani hari ini, dan bersiap menempuh hari esok.

Karena aku percaya. Setiap orang, akan merasakan keistimewaan versi masing-masing dari bulan Ramadan. Karena bulan suci Ramadan adalah bulan yang istimewa. Sebagaimana firman Allah, SWT.

"Ramadan adalah bulan saat diturunkan alquran. Sebagai petunjuk bagi manusia. Sebagai penjelasan dari petunjuk dan pembeda (yang hak dan yang bathil). Jika kamu menemui bulan itu, berpuasalah." (QS. Al Baqarah 185).

Demikianlah,

Selalu sehat dan bahagia.

Namastee!

Curup, 27.04.2020

Zaldychan

[Ditulis untuk Kompasiana]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun