Keempat. Akhir kisah. Kartini meninggal di usia 25 tahun, beberapa hari setelah melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Gadis pantai? Terusir dan kembali melakukan pengorbanan jiwa raga kepada orangtua, agar pesangon cerai dibelikan perahu besar.
4 perbedaan ini, kukira cara Pram menyigi lebih dalam kisah-kisah heroik perempuan khususnya di jawa pada masa lalu. Walaupun berbalut karya sastra, namun tak menutup kemungkinan Pram mengungkap fakta dengan caranya, kan?
Maafkanlah, aku "kekurangan gizi" karya sastra sebagai alat perjuangan perempuan sepekat sastra klasik yang mungkin saja menjadi perkamen using di perpustakaan sepi anak negeri.
Novel Siti Nurbaya : Kasih Tak Sampai, karya Marah Rusli (rilis awal tahun 1922). Bagaimana seorang perempuan mengorbankan raga juga cinta, demi melunasi hutang orangtua pada seorang tokoh adat bernama Datuk Maringgih.
Atau Salah Asuhan karya Abdoel Moeis (terbit pertama tahun 1928. Sosok Hanafi yang berpendidikan barat, jatuh cinta pada Corrie, gadis keturunan Belanda. Namun karena perbedaan bangsa, Hanafi dinikahkan dengan Rapiah, wanita pilihan Ibunya.
Rapiah menjadi istri yang tak dicintai tanpa perlawanan. Ketika digigit anjing gila, Hanafi musti dirawat di Betawi (Jakarta). Saat itu Hanafi kembali bertemu Corrie, mereka menikah. Rapiah diceraikan dengan sepucuk surat. Akhir cerita? Aih, bakal panjang. Sila dibaca bukunya ya? Hihi...
Dua kisah di atas memuat pertempuran antara tradisi, pengorbanan dan cinta. Objek yang menarik untuk sebuah tulisan. Dan, fenomena itu bukan fiksi semata, kan? Kukira, begitu juga dengan latar belakang Pram saat menulis roman Gadis Pantai. Â Â
Seorang kritikus sastra dari Amerika pernah menuliskan, jika ada orang Asia yang layak dapat Nobel Sastra, dia adalah Pram!
Terlepas dari Kartini sebagai sosok pemicu emansipasi wanita. Atau sebagai simbol perjuangan dan pengorbanan perempuan dengan julukan Kartini masa kini.