Salah satu dari tiga pertanyaan berkaitan dengan aktivitas di rumah, yang diajukan dalam topik pilihan Kompasiana tentang orangtua dituntut lebih "canggih" dari Google adalah;
Apakah Anda punya tutorial dan kiat supaya orangtua menjadi pendamping anak yang "serba tahu"?
Dari kacamata seorang ayah sepertiku, pertanyaan tersebut tanpa sengaja "menusuk" benakku. Memaksaku mendaur ulang tentang pilihan sikap dan caraku terhadap anak.
Aku dibesarkan dalam tradisi Minang yang lumayan melekat, walau lahir dan sekarang tinggal di Curup Bengkulu. Tapi sekolah dan kuliah di Ranah Minang.
Jadi, nilai-nilai yang berlaku secara langsung mempengaruhi cara berpikir, cara pandang dan berperilaku. Termasuk saat menjalankan prinsip sebagai kepala keluarga dan seorang ayah.
Aku tulis dulu, dasar pemikirannya, ya?
Setiap lelaki Minang, akan dibekali dengan 3 pokok ajaran yang diwariskan secara turun temurun. Khas Minangkabau, ajaran itu dipaparkan dengan kiasan atau petatah petitih yang masuk pada tradisi sastra lisan.
Tak ada sekolah atau kelas khusus untuk itu. Namun "dititipkan" dalam obrolan di meja makan atau sekedar duduk santai sambil minum kopi. Seperti petuah berikut ini:
Anak dipangku, kamanakan dibimbiang  Â
Urang kampung dipatenggangkan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!