Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahasa Curup | Cakmano Kalu Harus Mudik?

14 April 2020   15:27 Diperbarui: 14 April 2020   16:11 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bus SAN, angkutan jika si Sulung Mudik Ke Curup dari Padang. sumber gambar : https://nasional.kompas.com/

"Bang! Coba sesekali nulis pakai bahasa Curup!"

'Orait!"

Jadi, maafkanlah kawan. Kalu beberapo hari lalu si ghantenk Ozzy Alandika nulis artikel gunokan bahasa asli, yaitu bahaso Rejang. Khusus hari ko, ambo nulis pakai bahaso Curup sehari-hari. Curup ko, ibukota kabupaten Rejang Lebong.

Nah, ambo ndak nulis tentang fenomena dalam duo minggu terakhirko di Curup. Bulih, kan?

Situasi cak kini ko, karno tambah banyak yang terdampak pandemi covid-19, bakal banyak yang balik dari rantau, kan? Contoh paling mudah, anak sulung ambo yang sekolah pesantren di Padang.

Kareno Kota Padang sudah ditetapkan dalam kondisi luar biasa (KLB), pihak sekolah akhirnyo "memulangkan siswa tanpa batas waktu yang tak ditentukan". Apo pilihan ambo selaku orangtuo? Selain nyuruh pulang anak?

Camtu jugo beberapo anak tetanggo yang kuliah di pulau jawa. Tepakso balik kampung ke Curup! Hal yang sedikit bebeda terjadi pado seorang kawan. Harus balik, sebab perusahaan tempat kerjo menyuruh "istirahat sementara".

Jadi, bukan bermaksud mengabaikan saran #janganmudik. Tapi ado beberapo situasi yang "memakso" orang-orang, entah keluargo, kawan, tetanggo harus mudik. Hiks...

si Sulung (baju Putih), harus lalui penyemprotan saat baru sampai rumah. (Dokumentasi Pribadi).
si Sulung (baju Putih), harus lalui penyemprotan saat baru sampai rumah. (Dokumentasi Pribadi).
Kalu Harus mudik, Apo yang Harus Disiapkan?

Ado beberapo hal yang harus dikerjokan. Oleh orang yang mudik atau oleh keluargo yang menunggu di kampung halaman.

Kalu semisal orang yang harus mudik dari rantau, terus sepanjang perjalanan pulang meraso demam, Batuk atau sesak nafas. Cubolah segera hubungi pihak medis secaro mandiri. Jangan dulu balik ke rumah.

Atau meraso badan aman bae, idak meraso tigo gejala itu. Eloknyo tetap lakukan antisipasi, kan? Cubo tetap lakukan Bekurung Diri (Karantina Mandiri). Ado tigo alasannyo?

Pertamo. Bisa jadi, pas perjalanan mudik ke kampung, idak sadar kito berinteraksi kek orang-orang yang ternyato positif covid-19, tapi orang itu idak tau. Biaso disebut Orang Tanpa Gejala (OTG).

Keduo. Apolagi kalu kito balik kampung dari daerah yang sudah masuk zona merah, atau ado gejala ringan namun secaro medis disarankan rawat di rumah (ODP dan PDP).

Ketigo. Atau kito memang berhubungan dengan anggota keluargo yang memang dinyatokan positif covid-19.

Nah, Kalu termasuk di antaro tigo alasan di ateh, hayuk lepaskan ego meraso "aman bae!" lakukan dengan kesadaran dewek.

Cara Mengusir kebosanan. si sulung mendapat tugas menyelamatkan | Dokpri
Cara Mengusir kebosanan. si sulung mendapat tugas menyelamatkan | Dokpri
Keluargo yang Di Kampung, Jangan Nunggu Bae!

Belajar dari pengalaman Si Sulung yang melakukan 14 hari bekurung diri, pas balik dari Padang yang masuk Zona Merah. Apo ajo yang bisa disiapkan dan dilakukan? Ambo tulis lagi, yo?

Pertamo. Kalu bisa, siapkan kamar tidur dan kamar mandi yang tepisah dari anggota keluargo. Termasuk peralatan pribadi (seperti alat sholat, makan, mandi dan lain-lain. (jangan becampur kek milik anggota keluargo yang lain).

Ambo kemarin, karno situasi idak memungkinkan, serta ado Amak yang sudah berumur 78 tahun. Akhirnyo, malah seluruh keluargo tepakso ngungsi ke rumah saudara! Jadi, si sulung kek ayahnyo ajo jadi "penguasa" rumah. Dakdo pilihan. Hiks...

Keduo. Waktu datang, si sulung disemprot disinfektan dulu. Terus segalo pakaian yang dipakai pas perjalanan balik kampung, dicuci dewek pakai deterjen. Oleh si sulung, malah segalo pakaian dalam tas dicuci! Haha..

Ketigo. Sampai rumah, langsunglah disuruh mandi! Anak ambo kemarin, malah mandi air hangat becampur rebusan daun sirih. Kareno daun sirih jugo mengandung antiseptic, tah?

Keempat. Siapkan asupan bergizi. Tak perlu mewah! Semampu dan secukupnyo ajo. Dak usah panik kalau susah cari vitamin C? Potong tipis jeruk nipis kasih air hangat jadi jugo!

Kelimo. Tahan dulu ego berpelukan dan bersentuhan. Kalau memang sayang, untuk sementaro pastikan jago jarak aman.

Sesungguhnyo, 14 hari (yang disarankan) itu kekadang teraso berat jugo! Tapi, itu pilihan terbaik yang bisa dikerjokan kiniko.

Usai 14 hari melakukan Karantina Mandiri (bekurung diri), si Sulung bebas berinteraksi dengan saudara dan sepupu. (Dokumentasi Pribadi)
Usai 14 hari melakukan Karantina Mandiri (bekurung diri), si Sulung bebas berinteraksi dengan saudara dan sepupu. (Dokumentasi Pribadi)
Terus?

Terlepas dari beberapo tahapan di ateh. Yang tak kalah penting versi ambo adolah menjago stabilitas emosi atau psikologis. Duo hal itu bakal terjadi.

Yang berkurung akan meraso bosan. Apolagi cak si sulung kemarin, jugo musti kerjokan tugas-tugas sekolah jarak jauh. Biasonyo, kalau balik kampung disambut kek pelukan, malah kini dijauhkan. Hiks..

Camtu jugo kek keluargo yang menunggu. Tak cuma raso khawatir dan cemeh, tapi jugo meraso lelah secara fisik dan psikologis. Bayangkan, anak dewek bejarak cuma semester, tapi idak bisa direngkuh?

Tapi yo camtu. Kadang hidup harus memilih di antara banyak pilihan sulit, kan? Caro ambo? Perbanyak senyum! Kecek orang, senyuman bisa menyehatkan. Hihi..

Hamdallah, si sulung sudah selesai bekurung diri. Mulai hari minggu kemarin, dah mulai bebas berinteraksi kek sanak keluargo yang lain.

Sudem dulu ceritonyo, yo? Selalu sehat!

Curup, 14.04 2020

Zaldychan

[ditulis untuk Kompasiana]

Catatan :

Bahasa Curup masuk rumpun melayu. Cara sederhana membacanya tinggal mengganti huruf "o" dengan huruf "a".

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun