Virus corona tak hanya berdampak langsung pada selurug aspek kehidupan di daerah yang tergolong zona merah. Namun juga "menghajar" kota Curup tempat tinggalku. Termasuk orang---orang yang acapkali kutemui di keseharianku.
Aku tulis dan ceritakan saja, beberapa kisah, ya?
Sekitar pukul 7 pagi tadi, aku memesan 5 bungkus ketan dan goreng pisang. Mataku menyaksikan nampan besar yang tertutup daun, berisi nasi ketan putih yang belum sampai setengah terjual.
Begitu juga lontong dalam bungkusan plastik bening, serta tumpukan aneka gorengan di tiga nampan kecil. Warung terlihat sepi. Hanya ada temanku, yang menambal ban di samping kedai. Â Â
"Sepi, Ni?"
"Iya. Padahal hanya masak 6 canting!"
"Semangat, Ni!"
"Nasi santan, baru laku sepiring!"
Pada hari-hari biasa, jam segitu, setidaknya tersisa sepertiga, bahkan terkadang habis. Aih, sudah satu minggu aku tak singgah. Biasanya, nyaris setiap pagi, usai mengantar anak-anak ke sekolah, aku akan mampir dan minum kopi di Kedai Kopi "Uni Ita".
"Satu minggu tak muncul! Ke mana?"
"Masih ngurus si Sulung. Kan, isolasi mandiri?"