Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ananda Bosan di Rumah? Orangtua Terapkan Konsep SAVI, Yuk?

2 April 2020   18:03 Diperbarui: 2 April 2020   19:05 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Tak pernah mudah mengasuh anak, dan belum ada juga satu cara yang paling benar menjadi orangtua.

Kalimat itu, yang aku pegang teguh, usai diceramahi para tetua, saat baru menjadi orangtua. Apapun kondisi yang dihadapi, pola asuh akan berpengaruh pada karakter dan masa depan anak.

Butuh waktu lama memahami kalimat itu. Baru mengerti, saat lahir anak kedua dan ketiga. Ketika menemukan perbedaan kepribadian, daya tangkap serta perilaku masing-masing anak. Ahaay...

Kukira nyaris semua keluarga muda mengalami itu, kan?

Karena, tak mungkin ada "keseragaman" tindakan pada anak yang memiliki karakter berbeda, tah? Akhirnya "memaksa" para keluarga muda untuk mencari referensi pola asuh mana, yang cocok buat masing-masing anak.

Mulai dari meniru pola asuh orangtua dulu, curhat dan diskusi dengan saudara atau teman sejawat. Mencari tambahan dari berbagai sumber pengetahuan parenting yang tersaji, melalui video, tutorial atau beragam artikel dan tips menjadi orangtua.

Begitu juga aku. Banyak pola asuh yang aku coba terapkan. Seiring pertumbuhan usia dan perkembangan psikologis setiap anak-anakku. Terkadang, bereksperimen! Sing penting, anakku saat akan tidur dan bangun di pagi hari, masih tetap tersenyum. Hihi...

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Karena dulu sempat beraktifitas di dunia pendidikan. Jadi aku terapkan saja berbagai metode edukasi dalam mengasuh anak. Salah satunya adalah mengadaptasi konsep pembelajaran SAVI.

Konsep SAVI adalah cara belajar yang berbasis aktivitas. Dan digabungkan menggunakan seluruh indera yang dapat berpengaruh besar dalam memahami materi ajar. Karena anak diajak aktif dan beraktifitas. Muaranya, proses belajar akan menyenangkan.

Ada 4 unsur yang menjadi sasaran dalam konsep SAVI. Aku tulis, ya?

Pertama. Somatic. Kata ini berasal dari bahasa Yunani "soma" yang berarti tubuh. Dalam dunia pendidikan, dimaknai dengan gerakan atau olah tubuh. Bisa menari, olahraga atau meniru gerakan guru.

Dalam pola asuh, adaptasi yang bisa dilakukan adalah dengan mengajak anak untuk melakukan sesuatu (aksi). Bisa saja pelibatan dengan kegiatan ringan di rumah. Semisal membersihkan rumah, memasak di dapur atau berkebun

Kedua. Auditory. Ini bermakna mendengar, menyimak, berbicara atau berargumentasi dan menanggapi. Hal ini bisa terjadi jika aktivitas yang dilakukan itu dua arah. Siswa akan bosan, jika guru hanya menggunakan metode ceramah, kan?

Jika orangtua mampu membangun komunikasi "setara" atau dua arah dengan anak, maka anak akan mendapatkan stimulan untuk bebas berekespresi. Tanpa khawatir dan takut dimarahi. Karena hal yang boleh atau yang tidak boleh, bisa diujarkan dengan lugas.

Ketiga. Visual. Artinya aktivitas belajar yang dilakukan mampu ditangkap oleh indera mata. Bisa dengan mengamati, menggambarkan, mendemontrasikan, membaca atau malah menggunakan alat peraga.

Dalam pola asuh, visualisasi yang paling gampang adalah memberi contoh. Anak-anak akan merasa yakin dan percaya, jika orangtua mampu memberikan contoh atau teladan, tah? Pasti berat, ya? Haha...

Keempat. Intelektual. Jika di ranah pendidikan, intelektual dimaknai sebagai ajakan untuk berlatih mengolah pikiran, belajar mengidentifikasi, menggunakan nalar atau menyelidiki dan meneliti.

Orangtua dapat juga "memancing" sisi intelektualitas anak, tanpa mengganggu "wilayah guru". Melibatkan dalam keputusan, mengajak anak ikut serta untuk memecahkan masalah, atau membuat dan menciptakan sesuatu.

Konsep SAVI bisa dilakukan bertahap. Namun jika dilaksanakan dalam satu waktu, dampaknya akan lebih besar. Karena, melibatkan unsur afektif, kognitif dan psikomotorik di saat bersamaan.

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Contohnya? Mengajak anak menanam sayur atau bunga!

Jika hari minggu, aku akan ajak anak-anakku untuk menanam sayur. Ketika mereka sibuk mengolah tanah, menyalin ke polybag atau pot. Kemudian menanam atau menyemai benih. Ini adalah tahapan Somatic.

Saat proses itu dilakukan, akan hadir pertanyaan dari anakku, seperti cara menanam, tentang jenis tanaman atau kenapa tanamannya gagal tumbuh? Jika ada tanya-jawab dan aku memberikan atau menujukkan contoh menanam, maka rute Auditory dan Visual terjadi.

Di mana sisi intelektualnya? Ketika anak-anak mengetahui jenis tanaman, cara menyemai, cara merawat, pupuk yang digunakan atau cara memanen. Maka sisi intelektualnya, akan bertambah, kan?

Hematku, konsep SAVI mampu mengusir kebosanan anak-anak, saat jenuh mengerjakan tugas sekolah, namun tak bisa kemana-mana. Apalagi pada kondisi musti berdiam di rumah, kan?

Begitulah! Tak ada orangtua yang tak menginginkan anaknya bahagia dan sukses di masa depannya. Banyak jalur berliku yang harus ditempuh. Agar saat mereka dewasa, tumbuh besar tak salah arah, kan?

Jadi, silakan mencoba konsep SAVI untuk ananda di rumah, ya?

Demikianlah. Semoga selalu sehat!

Hayuk salaman.

Curup, 02.04.2020

Zaldychan

[ditulis untuk Kompasiana]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun