Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

5 Cara Keluar dari Penjara "Menulis Itu Susah!"

1 April 2020   18:04 Diperbarui: 5 April 2020   05:47 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau bisa mendongeng, pasti bisa menulis! Percayalah!"

"Tapi, aku susah kalau menulis, Bang?"

"Kan, tinggal ubah bahasa lisan menjadi tulisan!"

"Tapi..."

"Pernah coba?"

"Belum!"

Ini curhatan dengan seorang guru TK, yang beberapa kali mendapat penghargaan untuk lomba mendongeng antar guru TK/PAUD di kota Curup. Merasa jengkel saat aku "memaksa" untuk menulis. Haha...

Begini alasan pemaksaan itu. Bagiku, jika berprofesi guru apalagi jenjang TK dan SD, pasti memiliki kemampuan "bercerita". Berusaha memvisualisasikan materi ajar, dengan bahasa dan contoh yang sederhana agar siswa mudah memahami dan mengerti.

Coba bayangkan, dalam satu minggu, anggaplah guru TK mendongeng satu kali. Jika satu tahun efektif kegiatan di sekolah adalah 32 minggu. Maka bila dongeng itu ditulis sebanyak satu atau dua lembar, akan terkumpul 32 dongeng!

Itu untuk satu orang guru. Jika satu sekolah TK ada 5 sampai 10 orang guru? Hitung saja "bank dongeng" di sekolah itu. Apalagi jika dibukukan? Bisa jadi, tahun berikutnya antar guru akan bertukar dongengan. Atau malah membuat dongeng baru! Ahaaay...

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Teori Gampang, tapi Prakteknya, Susah!

Ada yang bilang, menulis adalah cara manusia menggambarkan pikiran, perasaan dan menuangkan ide dengan menggunakan bahasa tulisan untuk berkomunikasi atau menyampaikan pesan.

Namun tak semua orang percaya jika memiliki kemampuan untuk menulis. Bisa saja hadir perasaan malu atau menganggap tulisan yang dibuat tidak akan menarik untuk dibaca oleh orang lain.

Terus membuat "penjara" sendiri, jika menulis itu susah. Dab bakal semakin sulit, jika hanya dipikirkan tapi lupa mencobanya. Iya, kan?

Dalam kiramologiku, Ada beberapa cara keluar dari penjara "menulis itu susah". Aku tulis saja, ya?

Pertama, Mengubah mindset
Acapkali kesulitan itu, karena mindset yang tertanam di kepala adalah, "kalau bahasa lisan, tinggal meluncur aja. Tapi bahasa tulisan, butuh aturan ini-itu yang bikin riweh!"

Nah. ini adalah penjara paling purba yang bertahan di kepala seseorang saat memulai menulis. Terus bagaimana "mengubah" bahasa lisan menjadi bahasa tulisan? Menulislah sambil bicara! Anggap saja seperti pelajaran mendikte. Sambil bicara, sambil menulis.

Kedua, Tulislah yang dialami sehari-hari
Ungkapan yang sering kutemui, "saya ingin menulis tentang ini, bang!" atau "pengen menulis tentang kuliner, tapi belum ada bahannya!"

Begitulah. Terkadang kita terkurung dengan keinginan.akhirnya tersendat pada realita yang dialami lain, yang diinginkan beda lagi. Sehingga ada "perebutan" ide di kepala saat memulai untuk menulis. Jadi? Langkah sederhananya, tulis saja yang dialami hari ini, kemarin atau pengalaman masa kecil dulu.

Ketiga, Melupakan Jebakan "Susahnya Menemukan Kalimat Pertama"
Ini pasti dialami siapapun. Apalagi banyak teori yang mengungkapkan, kalimat atau paragraph pertama adalah kunci agar tulisan enak dibaca. Begitukah? 

Caraku? Apa yang terpikir atau dirasakan, tulis saja dulu. Biarkan berserakan dan berantakan susunan kalimatnya. Bagiku, dengan cara begini. Aku terbebas dari kalimat pertama itu penting. Kalau bahasaku di grup WA kompasianer, "hajar!" haha... 

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Keempat, Lakukan Koreksi Mandiri
Biasanya, aku gunakan rumus "tulis-baca-tulis". Jadi, usai menulis seperti rute no 3 di atas, silahkan dibaca ulang dan lakukan koreksi sendiri, terus tulis lagi buat memperkuat tulisan pertama tadi..

Bisa saja, pada tahapan ini akan ada perpindahan kalimat, penambahan dan pengurangan kata, kalimat atau malah terjadi pertukaran paragraph. Kalau betah, lakukan beberapa kali, hingga merasa enak dibaca. Bisa juga minta bantuan orang lain sebagai "first reader".

Kelima, Menulislah Setiap Hari
Menulis di poin ini adalah menuliskan ide, gagasan atau pikiran secara ringkas. Bisa seperti status di media sosial, disimpan di catatan ponsel, atau memiliki target satu halaman atau 1000 kata setiap hari di laptop.

Tentang apa saja, yang penting tulis, jika tak selesai tinggalkan saja dulu. Anggap saja jadi draft. Terkadang, banyak yang keliru memaknai jika menulis itu, musti tulisan yang sudah utuh dan selesai. Pasti kasihan bagi para novelis, kan? Haha..

Menulis akan selamanya menjadi susah, jika tak pernah dicoba dan malas membaca. Cara menulis ide, menemukan cara bertutur yang asik, atau pengetahuan tentang tatanan bahasa yang baik, akan ditemukan saat terbiasa menulis dan membaca.

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Anggaplah Menulis seperti Anak-anak Melukis!

Pernah melihat anak-anak melukis? Mereka akan melukis yang mereka temui. Seperti tentang mobil, bunga, hewan, pemandangan, rumah atau aneka jenis buah.

Terus, pernah lihat saat mereka mewarnai? Bisa saja tanahnya berwarna hitam. Matahari diwarnai merah, dedaunan diberi sentuhan warna biru, atau tangkai bunga berwarna coklat? Nah, itu kebebasan imajinasinya.

Kemudian ada masukan serta saran dari orangtua, guru atau dengan indera yang mereka dimiliki. Pelan-pelan, mereka akan "menyesuaikan" pewarnaan itu, kan?

Tak hanya selesai di situ. Terkadang, ekpresinya semakin berkembang. Anak-anak di pesisir pantai, karena sulit menemukan hutan dan sawah, bisa saja melukis tentang pemandangan di perdesaan. Ada petani, kerbau, pondok kecil di tengah sawah atau aliran sungai, sesuai bayangannya tentang indahnya suasana desa.

Sebaliknya, anak-anak yang tinggal di pegunungan. Jauh dari pantai. Akan melukis tentang pemandangan gunung yang ada lautnya. Kemudian ada perahu layar atau kapal besar, serta aneka jenis ikan di dalamnya.

Jika terus dilatih. Maka anak-anak akan semakin "liar" mengekspresikan diri dalam melukis. Bisa saja di tengah sawah, ternyata ada pesawat terbang, atau di pantai dilukiskan tentang robot raksasa seperti spiderman! Hihi..

Hematku, begitu juga dengan menulis, lakukan saja, abaikan dulu semua aturan kepenulisan, terus bagikan tulisan! Anggaplah sebagai "test the water"!

Jika ada kritikan dan saran dari pembaca, akan menjadi panduan untuk proses membuat tulisan berikutnya. Begitu aja, terus! Teorinya, semakin rajin menulis, maka tulisan akan semakin bagus!

Kok bisa? Karena, kalau menulis pasti akan membaca dan itu akan memperkuat isi dan kemasan tulisan. Tapi, kalau membaca, belum tentu akan menulis.

Jadi, sila dipilih. Tetap sebagai pembaca atau menjadi penulis?

Aih, kepanjangan! Maafkanlah buat para suhu. Tulisan ini niatnya, semata untuk berbagi.

Semoga selalu sehat, hayuk salaman!

Curup, 01.04.2020
zaldychan
[ditulis untuk Kompasiana]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun