"Kalau bisa mendongeng, pasti bisa menulis! Percayalah!"
"Tapi, aku susah kalau menulis, Bang?"
"Kan, tinggal ubah bahasa lisan menjadi tulisan!"
"Tapi..."
"Pernah coba?"
"Belum!"
Ini curhatan dengan seorang guru TK, yang beberapa kali mendapat penghargaan untuk lomba mendongeng antar guru TK/PAUD di kota Curup. Merasa jengkel saat aku "memaksa" untuk menulis. Haha...
Begini alasan pemaksaan itu. Bagiku, jika berprofesi guru apalagi jenjang TK dan SD, pasti memiliki kemampuan "bercerita". Berusaha memvisualisasikan materi ajar, dengan bahasa dan contoh yang sederhana agar siswa mudah memahami dan mengerti.
Coba bayangkan, dalam satu minggu, anggaplah guru TK mendongeng satu kali. Jika satu tahun efektif kegiatan di sekolah adalah 32 minggu. Maka bila dongeng itu ditulis sebanyak satu atau dua lembar, akan terkumpul 32 dongeng!
Itu untuk satu orang guru. Jika satu sekolah TK ada 5 sampai 10 orang guru? Hitung saja "bank dongeng" di sekolah itu. Apalagi jika dibukukan? Bisa jadi, tahun berikutnya antar guru akan bertukar dongengan. Atau malah membuat dongeng baru! Ahaaay...