Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tak Merasakan "Liburan"? Saatnya Menciptakan "TEAM" di Rumah

22 Maret 2020   14:06 Diperbarui: 22 Maret 2020   14:27 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Satu pekan kebijakan "Belajar di Rumah" dan "Bekerja di Rumah" telah dijalankan. Sebagai orang awam, tak ada yang bisa dilakukan terhadap pandemic coronavirus, kan? Kecuali berusaha mematuhi himbauan tersebut.

Kenapa patuh? Setidaknya tidak menambah beban bagi keluarga terdekat, orang-orang  di sekitar lingkungan, tenaga kesehatan dan semua orang yang berjuang agar ketidakpastian ini, kembali seperti semula, tah?

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Situasi yang tidak biasa ini, juga melahirkan berbagai sikap perilaku yang tak biasa juga. Malah ada yang gagap dan merasa bingung tak tahu apa yang harus dilakukan, ketika musti liburan namun tak bisa dinikmati sebagai liburan.

Merasa "Gagap" dengan perubahan Interaksi di Rumah

Sejak pagi, anak-anak jenuh bertarung dengan berbagai buku pelajaran, ketika biasanya hal itu dilakukan saat berseragam sekolah. Namun bingung untuk menikmati rasa lelah usai mengerjakan tugas-tugas dari guru, karena tak bisa bebas keluar rumah.

Begitu juga dengan orangtua. Tak hanya sibuk menyelesaikan pekerjaan rutin di rumah, atau melaksanakan tugas jarak jauh dari tempat kerja. Namun keadaan jadi bertambah riuh, saat anak berseliweran, bertanya ini dan itu atau berlarian di dalam rumah.

"Gagap interaksi sosial" di dalam rumah itu pun berlanjut ke luar rumah. Ada rasa enggan dan khawatir keluar rumah.

Jika pada dua atau tiga hari pertama, mungkin saja setiap orang menikmati "liburan ini". Seiring berjalan waktu, pelan-pelan muncul kebosanan dengan kegiatan dan rutinitas yang itu-itu saja.

Bosan menyaksikan layar televisi menyajikan hal yang sama dan berulang. Bosan menyentuh beragam gawai, karena juga menemukan isu dan topik pembicaraan yang sama. Kemungkinan besar semua anggota keluarga juga merasakan hal demikian. Iya, kan?

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Hayuk Menciptakan TEAM di Rumah

Dalam keadaan biasa dan normal. Durasi pertemuan yang dialami dalam keluarga, pagi ayah musti berangkat kerja. Ibu jika bekerja, sejak dinihari sudah sibuk mnyediakan keperluan keluarga. Anak-anak akan bertemu orangtua saat pagi dan sore atau malam hari.

Dalam hal komunikasi, konsep senyum, sapa dan salam (3S) jejangan terabaikan. Perbincangan hanya pelengkap sebagai ikatan keluarga. Isi pembicaraan pun adalah hal-hal rutin.

Terus, dengan kondisi sekarang, apa yang bisa dilakukan? Saatnya kembali menjadikan anggota keluarga di rumah sebagai sebuah TEAM.

Hentikan dulu "aturan tak tertulis" tentang ketetapan penugasan ayah, ibu atau keduanya bekerja cari nafkah, ibu membereskan urusan rumah tangga seperti memasak, mencuci dan membersihkan rumah dan anak-anak belajar.

Silakan menyusun strategi, dengan mencoba mengekplorasi titik-titik penugasan itu secara "keroyokan". Memasak di dapur, mencuci perabotan dan pakaian, membersihkan rumah, bahkan terlibat bersama anak saat belajar.

Pasti seru jika di dapur, melihat anak-anak mengiris bawang atau sayuran, ayah membersihkan ikan atau ayam, dan ibu penuh dengan instruksi ini dan itu, agar kemasan hidangan tersaji istimewa.

Atau anak-anak menyapu ruangan atau membersihkan kamar mandi, ibu mencuci pakaian dan ayah yang membantu menjemur. Atau banyak contoh-contoh kegiatan yang bisa dilakukan bersama, tah? Seru, kan?

Dalam telaah manajemen, kata TEAM adalah singkatan dari empat sikap prilaku untuk mengikat dan mempererat setiap anggota. Aku tulis sebebas pemaknaanku aja, ya?

Pertama. Together. Makna kebersamaan atau bersama adalah kunci mewujudkan sebuah tim. Ketika ide diputuskan bersama, kemudian dilakukan bersama serta apapun hasil dan manfaat yang diraih, mampu dirasakan bersama.

Kedua. Everyone. Tak dipungkiri, setiap orang memiliki karakter masing-masing. Walaupun dalam satu keluarga, kan? Namun pelibatan, merangkul dan mengakui kelemahan dan kelebihan setiap orang, dalam keluarga akan memperkuat, kan?  

Ketiga. Achieve. Capaian yang dilakukan secara bersama akan lebih bermakna, tah? Apalagi, ketika semua anggota keluarga mengetahui dan mengalami langsung "perjuangan" untuk meraih capaian itu.

Keempat. More. Dengan banyak anggota terlibat, akan ada kelebihan dalam ranah sumber daya. Baik tenaga juga asupan ide. Tak hanya itu, tingkat capaian bisa saja melebihi ekspektasi, kan?

"Jika ingin cepat, berjalanlah sendiri. Jika ingin bertahan lama, jalanlah bersama-sama."

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Dan...

Kukira, kebersamaan itu akan memantik semangat baru, juga menjadi tantangan baru bagi setiap anggota keluarga setelah lama terkurung dalam rutinitas.

Para orangtua, bisa saja menyemai ulang visi dan misi keluarga, membangun komunikasi lebih dekat dan terhubung dengan semua anggota keluarga. Menyerap beragam informasi yang mungkin saja selama ini terabaikan.

Jika itu dilakukan? Tanpa disadari saluran emosi, rasa aman, rasa diterima, rasa dihargai dan rasa dan kemandirian terwujud dengan sendirinya. Muaranya? Akan memperkuat ikatan lahir dan batin di dalam keluarga.

Jadi? Hayuk menciptakan TEAM di rumah!

Curup, 22.03. 2020
zaldychan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun